HONG KONG MENANGIS.. (Catatan Langsung Demonstran, Sisi Lain Demo Tolak RUU Ekstradisi)


Hong Kong Menangis
Be Strong, Hong Kongers
(Sisi lain demo tolak RUU Ektradisi)

CATATAN LANGSUNG By Yuni Sze

Banyak orang Hong Kong saat ini jiwa raganya sedang kalut. Hati mereka sakit, hancur berkeping. Mereka ingin berteriak, tapi yang diteriakin TULI.

Emosionalnya sedang susah dikendalikan. Yang pasti mereka sedang berduka. Bertahan pantang menyerah meskipun hasilnya mungkin akan sia-sia. Mereka harus tetep tangguh karena tuntutan hidup yang keras dan tidak ada pilihan lain kecuali tetap tinggal di Hong Kong, tanah kelahiran mereka.

Seperti kita ketahui, Hong Kong adalah sebuah pulau kecil dengan Administrasi Spesial yang merupakan bagian dari Negara China. Satu wilayah dengan dua sistem pemerintahan. Lebih mudahnya boleh disebut Daerah Istimewa.

Hampir 25 tahun saya tinggal dan menikah dengan orang Hong Kong, hidup dan membesarkan anak-anak disini. Tapi kali ini saya merasa sangat-sangat sedih melihat suasana di Hong Kong. Melihat anak-anak seumuran si sulung dikejar, dikepung, digebukin sekelompok polisi. Mereka hanya membawa botol air dan payung, sedangkan polisi anti huru-hara dengan senapan lengkap itu menembaki mereka jarak dekat dengan gas air mata, gas bubuk merica bahkan peluru karet.

Foto-foto dan video anak-anak muda terlihat kesakitan, berdarah-darah beredar luas di media sosial dan dan beberapa stasiun tv. Seorang perempuan muda tanpa peralatan dan tanpa perlawanan nampak diseret beberapa polisi dengan senjata lengkap. Bahkan beredar foto seorang pemuda yang ekpresinya nampak begitu kesakitan karena alat vitalnya terlihat sedang dicengkeram dengan kuatnya oleh seorang anggota polisi, seperti sedang membuatnya kapok. Video seorang Ibu dengan jiwa pemberaninya berbicara dengan pasukan polisi yang bersenjata lengkap, yang akhirnya wanita itu ditembak peluru karet dari jarak hanya satu meteran. Terlihat lelaki muda membopongnya pergi, mencari aman.

Entah sejak kapan Hong Kong menjadi begitu tidak manusiawi. Hati saya menangis. Bahkan kemarin tiba di lokasi demo, waktu menunjukkan pukul 16.43, begitu keluar dari stasiun Admiralty exit C, puluhan ribu massa tumpah ruah disana. Badan saya gemetar, emosi, marah, semua campur aduk. Mata saya perih sekali, nafas terganggu karena baru saja bubuk merica dan gas airmata ditembakkan ke udara. Saya melihat diberbagai sudut anak-anak muda membagikan perlengkapan seadanya; masker, sarung tangan dan air mineral. Disisi lain, saya juga melihat mereka sibuk menarik selang air yang biasanya digunakan untuk menyiram taman untuk membantu demonstran lain membasuh muka mereka yang terkena semprotan bubuk merica maupun gas airmata. Tak sedikit juga yang sibuk membersihkan sampah.

Beberapa langkah keluar stasiun, saya melihat ada demonstran yang penyakit asthma nya kambuh. Ia terlihat duduk lemah tak berdaya dibawah jembatan. Sejurus kemudian mereka sibuk mencari pertolongan, meneriakkan siapa yang membawa alat semprot untuk bantuan nafas penderita asthma. Tak lama terlihat ada 2-3 lelaki muda berlarian membawa obat semprot warna biru itu.

Mereka begitu polos, begitu solid. Kids is just a Kids. Salut.

Hampir satu jam saya berada disana. Saya berdiri diatas jembatan. Melihat dua kubu yang membentang, antara polisi beserta pasukan huru-hara yang terpisah jarak sekira 100 meter dengan para demonstran. Gemuruh suara kaki mereka lari tunggang-langgang karena pasukan polisi merapat. Gemuruh suara dentuman tembakan gas merica dan tembakan peluru karet, asap mengepul disusul suara sirine ambulance. Begitu ada tim medis datang, kerumunan massa secara otomatis membentuk barisan panjang, memberikan kemudahan akses jalan. Tak terasa airmata saya menetes. Membuat perasaan saya semakin kacau. Campur aduk. Mulut tercekat, tenggorokan seperti tersumbat. Menangis. Sedih. Saya sempat WhatsApp ke suami dan Kakak ipar menyampaikan posisi saya dan mereka berdoa bersama sambil terus menanyakan kabar.

Akhirnya pukul 17.50 saya memilih pulang, meninggalkan lokasi dengan rasa yang susah diungkapkan.

Ada jutaan wanita, ada jutaan Emak-emak Hong Kong yang saat ini mengkhawatirkan keamanan anak-anak mereka. Khawatir akan masa depan mereka. Mereka tak akan lagi bebas bersuara menyampaikan aspirasinya, idenya, perasaannya ketika Hong Kong harus benar-benar kembali ke China.

Hong Kong memang milik China dan harus kembali pada waktunya. Tapi bukan sedini ini. Kami belum siap. Belum!



Dalam beberapa hari ini, Jika kamu mendapati majikanmu, anak momongan dewasamu mendadak emosional, bersabarlah menghadapi mereka. Berikan supportmu. Tepuk bahunya jika mereka kalut ketika berada didepan TV menyimak berita demo.

Saya paham bagaimana perasaan mereka. Saya ada diantara mereka. Putri sulung saya ada diantara sejuta demonstran. 😔😔😔

Semoga tulisan saya ini mampu memberijan pemahaman kepada teman-teman apa yang sedang terjadi dan bagaimana perasaan sebagian besar orang Hong Kong saat ini.

Admiralty, 13 Juni 2019
Satu jam bersama demonstran

(Yuni Sze)
Hong Kong Menangis Be Strong, Hong Kongers (Sisi lain demo tolak RUU Ektradisi) Banyak orang Hong Kong saat ini jiwa...
Dikirim oleh Yuni Sze pada Rabu, 12 Juni 2019
*Sumber: fb penulis

Baca juga :