[PORTAL-ISLAM.ID] Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu membuat pernyataan mengejutkan soal rencana pembunuhan empat tokoh nasional dan “penyelundupan” senjata oleh mantan Danjen Kopassus Mayjen TNI (Purn) Soenarko.
Pertama, dia tidak yakin ada rencana pembunuhan terhadap empat orang tokoh : Menkopolhukam Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Menko Maritim Jenderal Kehormatan Luhut Panjaitan, Kepala BIN Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen Komjen Pol (Purn) Gories Merre.
Dia menduga ancaman pembunuhan itu hanya gertak sambal. Tak perlu dianggap terlalu serius. “Misalnya kan kita ngomong, nanti gua gebukin lu. Kan belum tentu gebukin. Ya kita tahulah yang namanya politik kan memang begitu,” ujarnya.
Kedua, dia menyatakan senjata yang dimiliki oleh Soenarko bukan senjata selundupan. Dia meyakini senjata itu berupa rampasan dari daerah konflik seperti Timor-Timur atau Aceh.
Menurut Ryamizard Soenarko banyak terlibat dalam operasi-operasi di daerah konflik. “ Kan dia itu perang terus,” tegasnya.
Soal adanya rencana pembunuhan terhadap empat tokoh ini diungkap oleh Wiranto. Bahkan Wiranto menyebut dalang rencana pembunuhan itu diketahui.
Pemasok senjata, eksekutornya dan yang memerntahkan, kata Wiranto juga sudah ditangkap.
Polisi seperti dikatakan Kadiv Humas Mabes Polri sudah menangkap 6 orang tersangka. Mereka hanya disebutkan inisialnya. Namun bila kita rangkaikan dengan penjelasan pengacara Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen, kemungkinan tokoh yang dimaksud Wiranto adalah mantan Kepala Staf Kostrad itu.
Djudju Purwantoro pengacara yang mendampingi Kivlan mengaku, kliennya sejak Rabu (29/5) secara resmi sudah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka. Kivlan disebut memiliki senjata ilegal dan mengenal 6 orang tersangka yang lebih dulu ditangkap polisi.
Wiranto dan Kivlan selama ini dikenal menjadi seteru. Mereka sering kedapatan bersitegang di muka umum, dan masalahnya menjurus ke personal.
Kivlan mengaku pernah dikerjai oleh Wiranto pada tahun 1998. Dia diperintahkan Wiranto membentuk Pengamanan (Pam) Swakarsa untuk mengimbangi kelompok-kelompok yang ingin menggagalkan Sidang Istimewa MPR.
Saat itu Wiranto yang menjabat sebagai Menhankam/Panglima TNI menjanjikan akan memberi jabatan dan menyiapkan dana operasional Pam Swakarsa.
Namun jabatan tidak pernah diperoleh dan dana Pam Swakarsa sebesar Rp 7-8 miliar harus dia tanggung sendiri. Saat itu melalui Jimly Asshidiqie dia hanya mendapat bantuan sebesar Rp 1.25 miliar. Sisanya harus dia tomboki, sampai-sampai dia harus menjual rumah.
Apakah gara-gara cerita lama itu Kivlan sampai berniat membunuh Wiranto. Atau malah yang terjadi sebaliknya. Huru-hara ini digunakan untuk Pembunuhan karakter Kivlan?
Soal ancaman bunuh membunuh ini belakangan jumlah tokoh yang menjadi target bertambah. Kepala Staf Presiden Moeldoko juga mengaku dia juga masuk dalam daftar. Karena itu pengawalannya oleh kepolisian kini diperketat.
Entah ada hubungannya dengan soal pembunuhan itu atau tidak. Pertengahan Mei lalu di kalangan media beredar surat seleksi untuk menjadi pengawal Moeldoko bagi prajurit di lingkungan Pangdam Jaya.
Masalah serius
Berbeda dengan Ryamizard yang terkesan santai dan tidak terlalu mengganggap serius, di jalur hukum kasusnya bergulir serius.
Soenarko malah sudah lebih dahulu ditangkap aparat gabungan POM TNI dan Polri. Dia juga sudah di tahan polisi dan dititipkan di rumah tahanan militer Guntur, Jakarta.
Soenarko sebagaimana dijelaskan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyelundupkan senjata jenis M4 Carbine, dua magasine, dan peredam dari Aceh .
Senjata itu rencananya digunakan untuk menyerang aparat dan pengunjuk rasa pada 22 Mei di depan kantor Badan Pengawas Pemilu, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta. “Kalau ada yang tewas, seolah olah aparat yang melakukan,” ujar Tito dalam konferensi pers, 21 Mei lalu.
Sebelum penangkapan, Soenarko sudah lebih dulu dilaporkan ke Mabes Polri karena videonya viral. Di depan sejumlah emak-emak yang diduga relawan Paslon 02, Soenarko mengarahkan mereka untuk mengepung istana dan KPU pada tanggal 22 Mei saat KPU mengumumkan hasil penghitungan final suara Pilpres.
Tak lama setelah penangkapan Soenarko di media sosial beredar bantahan dari Kolonel (Purn) Sri Radjasa Chandra. Perwira menengah itu pernah menjadi staf Soenarko saat menjadi Pangdam Iskandar Muda di Banda Aceh (2008-2009).
Soenarko, kata Radjasa, tidak tahu menahu soal pengiriman senjata itu. Selain itu ada beberapa catatan yang menjadi kejanggalan dalam kasus penangkapan Soenarko.
Pertama, senjata yang di expose oleh Kapolri saat konferensi pers adalah M4 baru. Bukan M16A1 laras pendek bekas milik Soenarko dalam kondisi rusak dan tidak laik pakai. Sebagaimana pengakuan Soenarko senjata itu akan diperbaiki dan diserahkan ke Kopassus. Kedua, senjata yang di expose Kapolri atau yang dimiliki Soenarko merupakan senjata serbu laras pendek (karaben) sehingga tidak laik digunakan oleh para penembak jitu (sniper).
Untuk mendudukkan persoalan sejumlah senior militer yang mengenal dekat Soenarko, Jumat (31/5) akan menggelar jumpa pers. Mereka adalah Letjen TNI (Purn) J. Surryo Prabowo Mantan Kepala Staf Umum TNI, Mayjen Zacky Anwar Makarim mantan Kepala Badan Intelijen ABRI, dan Kolonel Sri Radjasa Chandra. Mereka menjadi advokat yang mendapat kuasa hukum dari Soenarko.
Sebagai prajurit komando, Soenarko (Akmil 1978) seperti dikatakan Ryamizard sangat sering berperang. Karakternya sebagai pria Jadel ( Jawa kelahiran Deli) keras dan tegas. Berdasarkan catatan Suryo Prabowo, yuniornya itu terlibat dalam 9 kali operasi militer. Dua diantaranya bersama Suryo.
Ketiga orang anaknya juga lahir saat dia berada di medan tempur. Satu-satunya anak lelakinya, seorang penerbang tempur TNI AU, gugur dalam tugas dan dimakamkan di TPU Kalibata. “Dengan lembaran hidup semacam itu tidak mungkin dia menyelundupkan senjata tidak laik pakai untuk membuat kerusuhan,” tegas Suryo.
Karena masalahnya sudah bergulir ke ranah hukum. Sebaiknya kita tunggu persidangan akan membuat kasusnya menjadi lebih terang.
Benarkah Kivlan Zen dan Sunarko merencanakan pembunuhan dan kerusuhan berdarah pada aksi 22 Mei? Atau ada skenario lain yang tidak (akan) pernah kita ketahui.
Ini adalah perang bintang. Dalam beberapa pekan ke depan, langit politik kita akan penuh kilatan cahaya dan ada kemungkinan selingi suarabguntur yang menggelegar.
Penulis: Hersubeno Arief