[PORTAL-ISLAM.ID] Idul fitri tahun ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Makna ‘raya’ yang berarti kesyukuran, kegembiraan, kelegaan, kebahagiaan karena telah mampu melalui bulan-bulan penuh ujian dan memetik kemenangan, akan berubah menjadi hari ‘duka’.
Duka karena massifnya penzaliman, kecurangan, represifme, kematian, penangkapan dan pemenjaraan, bahkan hingga duka atas potensi disintegrasi.
Idul fitri kali ini secara simbolis memang merupakan penanda telah melampaui 1 (satu) bulan penuh puasa Ramadhan. Harapannya, Idul fitri menjadi penonggak awal pribadi yang fitrah, kembali suci tanpa dosa, karena seluruh dosa telah ‘dibakar’ dalam puasa Ramadhan. Idul fitri, yang menjadi penanda diraihnya derajat ‘taqwa’ sebagai hasil akhir dari ritual ibadah Ramadhan.
Idul Fitri tahun ini adalah hari duka. Kecurangan pemilu yang bersifat terstruktur, sistematis, massif dan brutal tidak mendapat tindakan apapun. Bahkan, yang menuntut ditegakkannya hukum dan keadilan, justru mendapat berbagai tudingan dan ancaman.
Idul Fitri tahun ini adalah hari duka. Karena keluarga anggota KPPS tahun ini telah kehilangan anggota keluarga mereka. 600 orang berpulang tanpa kejelasan sebab kematian. Ini jelas, meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga.
Idul Fitri tahun ini adalah hari duka. Duka sebab orang yang menuntut keadilan, berjuang menuntut proses hukum atas kecurangan pemilu 2019 justru dihadiahi peluru tajam. Mereka di Tembaki laksana musuh di medan perang. Mereka terluka dan tewas, tanpa ada pihak yang bertanggung jawab.
Idul Fitri tahun ini adalah hari duka. Karena orang orang yang kritis, tokoh yang menyuarakan aspirasi rakyat justru ditangkapi. Dituduh makar, dituduh hoax, dan dipenjara. Tentu, ini adalah hari kesedihan saat Idul fitri bagi kekuarga mereka.
Idul Fitri tahun ini adalah hari duka. Karena semua ikhtiar untuk mencari keadilan berhadapan dengan tembok tembok kekuasaan. Mereka dipaksa menerima penindasan dan kezaliman, sebagai takdir yang tidak perlu dipersoalkan.
Idul Fitri tahun ini adalah hari duka. Ditengah kezaliman yang memuncak, muncul wacana referendum Aceh. Boleh Jadi, akan menyusul Papua, Kalimantan, Sulawesi, dan wilayah NKRI lainnya. Jelas, jika ini terjadi penyebab perpecahan justru pemilu curang yang selama ini dikabarkan sebagai pemilu damai dan membanggakan.
Yang lebih membuat Idul Fitri tahun ini adalah hari duka, bukan hari raya, karena rezim ini berpesta pora atas kemenangan diatas bangkai dan penderitaan umat. Mereka tidak peduli atas kecurangan, atas nyawa 600 KPPS yang melayang, atas nyawa demonstran yang menjadi tumbal. Mereka, justru sibuk berdiskusi jatah kursi dan jatah menteri.
Sementara itu, kedukaan umat ini semakin pekat, melihat rezim justru memfasilitasi sejumlah penjajahan asing. Projek OBOR China dijadikan sarana melegalisasi penjajahan.
Jadi saat Anda mudik, saat Anda bertemu keluarga dan handai taulan, saat Anda menyambung silaturahmi, kabarkanlah kedukaan ini. Kabarkanlah, bahwa Idul fitri tahun ini adalah hari duka bagi umat.
Mohonkan doa, bagi banyak aktivis dan pejuang yang meringkuk di penjara oleh pembungkaman rezim. Bimbinglah keluarga untuk tetap sabar, kuatkanlah, dan buatlah mereka bangga memiliki keluarga pejuang.
Wahai rezim, apa hebatnya singgasana yang dibangun diatas tulang belulang, darah dan air mata penderitaan umat ? Wahai yang mengaku ulama, apa jawaban Anda kelak di akherat, ketika kekuasaan ini menggiring Anda untuk diam dan melegitimasi kezaliman ?
Selamat Hari Duka Idul Fitri 1440 H.
Penulis: Nasrudin Joha