[PORTAL-ISLAM.ID] Para jenderal senior dari tiga angkatan TNI dan Polri dipastikan akan ikut turun dalam unjuk rasa di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) Selasa dan Rabu (21-22/5).
“Kami terpaksa harus turun gunung karena kedaulatan kita sebagai bangsa dan negara terancam,” ujar Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto di Hotel Grand Mahakam, Jakarta, Senin (20/5).
Bersama lebih dari 1.00 orang jenderal dari TNI-Polri, Tyasno mantan KSAD (1999-2000) mengumumkan pembentukan Front Pembela Kedaulatan Bangsa (FPKB).
Selain Tyasno juga hadir mantan KSAU Marsekal TNI (Purn) Imam Sufaat, dan mantan KSAL yang juga pernah menjadi Menkopolhukam Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, serta sejumlah petinggi TNI lainnya berpangkat bintang tiga sampai bintang satu.
Selain para perwira tinggi, ribuan purnawirawan perwira menengah, bintara dan tamtama juga akan ikut turun ke lapangan. Mereka akan mengenakan baret atau atribut masing-masing kesatuan saat masih bertugas.
Berada dalam deretan ini sejumlah mantan petinggi pasukan elit Kopassus TNI. Mereka antara lain mantan Wamenhan Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, mantan Danpaspampres dan Danjen Kopassus Letjen TNI Agus Sutomo, mantan Kepala Badan Intelijen ABRI (BIA) Mayjen TNI Zacky Anwar Makarim, mantan Danjen Kopassus Mayjen TNI (Purn) Soenarko dan masih banyak lainnya.
“Tugas kami melindungi rakyat. Melindungi emak-emak yang akan berunjukrasa menuntut haknya di KPU,” tambah Komisaris Jenderal Pol (Purn) Sofjan Jacoeb.
Bersama Sofjan juga terdapat sejumlah purnawirawan Polri antara lain Irjen Pol Abimanyu.
Tyasno berharap hadirnya para purnawirawan ini dapat mengingatkan para petugas keamanan, baik dari Polri maupun TNI.
“Mereka harus ingat pesan moral 8 wajib TNI/Polri untuk tidak sekali kali merugikan rakyat dan tidak sekali kali menakuti serta menyakiti hati rakyat,” tambah Tyasno.
Sejarah baru di Indonesia
Turunnya para jagoan tua ini merupakan catatan sejarah baru dalam aksi protes massa di Indonesia. Biasanya gerakan protes massa dimulai oleh para mahasiswa.
Belum pernah terjadi ada ratusan pensiunan perwira tinggi, dan ribuan mantan prajurit turun berunjukrasa bersama rakyat. “Bahkan banyak perwira menengah aktif yang hatinya bersama kami,” tambah Tyasno.
Para perwira ini tinggi ini tidak main-main. Mereka tahu konskuensi apa yang akan dihadapi. Seorang perwira tinggi bintang tiga sambil tersenyum menunjukkan pesan sang istri.
“Kalau dulu setiap kali bertugas kami serahkan keselamatan suami kepada Allah SWT. Sekarang kami juga kembali serahkan sepenuhnya kepada Allah.”
Tyasno juga mengaku tak pernah membayangkan pada masa pensiun dan usia menginjak kepala tujuh, harus turun ke jalan. “ Anak-anak saya juga mempertanyakan,” ujarnya sambil tersenyum.
Turunnya para purnawirawan ini jelas tidak boleh dianggap main-main.
Pertama, kehadiran mereka memberi tingkat kepercayaan tinggi di kalangan para pengunjukrasa.
Komposisi para pengunjukrasa terdiri dari emak-emak, para alim ulama, santri, kelompok pro demokrasi, partai pendukung paslon 02, dan para purnawirawan TNI/Polri.
Kedua, memberi tekanan dan membuat para petugas kepolisian dan TNI lebih menahan diri. Mereka tidak akan mudah menggunakan aksi kekerasan untuk membubarkan pengunjukrasa.
Seperti dikatakan oleh KSAD Jenderal TNI Andhika Perkasa, diantara para pengunjukrasa terdapat para komandan dan atasan mereka ketika masih aktif.
Ketiga, hadirnya para perwira menghilangkan stigma gerakan kanan, maupun teror yang coba disematkan oleh pemerintah dan Polri.
Di kalangan dukungan para jenderal pendukung Prabowo terdapat sejumlah perwira tinggi non muslim. Mereka antara lain Letjen TNI (Purn) Johanes Suryo Prabowo, Letjen TNI ( Purn) Romulo Simbolon, dan Mayjen TNI (Purn) Glenny Kairupan.
Keempat, stigma bahwa para pengunjukrasa anti NKRI langsung terbantahkan. Para perwira ini sejak muda sudah mempertaruhkan jiwa dan raganya mempertahankan NKRI.
Terlalu naif Bahkan nekad mengklaim lebih NKRI dibanding mereka, atau malah menyebut mereka anti NKRI.
Kelima, mempertegas adanya kecurangan sebagaimana disampaikan oleh BPN.
Keenam, secara personal kehadiran para perwira ini akan membuat Jokowi merasa kurang nyaman. Pada pemungutan suara lalu di sejumlah kompleks pemukiman TNI, perolehan suara Jokowi jeblok. Termasuk di kompleks perumahan Kopassus dan Paspampres. end
Penulis: Hersubeno Arief