KPU Disease, Wabah KPU
Oleh: Gede H. Cahyana
Yang meninggal nyaris 500 orang. Dalam teori Epidemiologi, ini sudah gawat. Termasuk wabah. Epidemiologi berasal dari kata epi = di antara, demos = masyarakat, penduduk, logos = ilmu. Per definisi ialah ilmu yang mempelajari tentang wabah penyakit di antara masyarakat. (Soemirat, 2000).
Menurut teori tersebut, harus ada penelusuran seksama sehingga dapat dikendalikan dan dicegah agar tidak berulang. Menjadi aneh kalau pihak terkait tidak mau kejadian itu diselidiki. Sebab, murid SD yang diare massal saja diselidiki, bahkan pedagang bakso, es, rujak, nasi, bubur di sekitar sekolah diperiksa polisi. Ada yang sampai stress gegara dinyatakan bersalah karena baksonya tidak higienis.
Sungguh aneh apabila “KPU Disease” ini dibiarkan saja. Matikah hati nurani? Mereka yang mati itu adalah manusia, sama seperti orang di KPU. Mereka juga punya anak, punya suami/istri, punya cita-cita ingin hidup sehat dan lama.
Sungguh, korban KPU Disease (Wabah KPU) ini melebihi korban pesawat jatuh, kereta api, kapal, bis masuk jurang, dll. Adakah setitik humanisme di hatimu, wahai KPU, polisi, dan kalangan yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut?
(Definisi diambil dari buku Epidemiologi Lingkungan, UGM Press, 2000, ditulis oleh Prof. dr. Juli Soemirat, M.P.H., Ph.D. Beliau dosen saya di Teknik Lingkungan ITB).
*Sumber: https://gedehace.blogspot.com/2019/05/kpu-disease-wabah-kpu.html