[PORTAL-ISLAM.ID] Tidak mudah menegakkan kebenaran. Banyak yang gagal sebelum memulainya. Tidak sedikit yang harus mengorbankan nyawa karena berusaha mengkapanyekan kebenaran.
Setelah mengorbankan semuanya, ternyata kebanaran tidak juga tegak. Bahkan kezoliman semakin bangga dan takabbur.
Hari ini, banyak orang yang menangis melihat kebenaran dan keadilan diinjak-injak. Tapi orang yang menginjak-injak malah mengatakan bahwa merekalah pahlawan kebenaran itu. Mereka mengganti ‘yang haqq’ menjadi ‘yang bathil’ dan sebaliknya.
Inilah yang mereka pertontonkan di depan publik terkait penghitungan suara pilpres 2019. Yang berhak menang dirampok kemenangannya. Yang tak berhak menang balik mengatakan bahwa yang berhak menang mencoba mendiskreditkan penyelenggara pemilu (dalam hal ini KPU).
Yang tak berhak menang (yang bathil) merasa benar karena mereka didukung oleh semua pemangku kekuasaan. Akibatnya, hari ini kebathilan itu menjadi sangat kuat dan sangat rapi dalam merencanakan dan mengeksekusi kejahatan mereka.
Mungkinkah kita bisa menghancurkan yang bathil itu? Wallahu a’lam!
Kalau dilihat perangkat yang mereka miliki, kelihatannya tidak mudah menghancurkan kebathilan yang mengacak-acak pilpres 2019. Perlu tekad yang lebih keras. Perlu kontemplasi yang lebih fokus.
Sebab, mereka harus kita akui telah membangun kekuatan jahat itu sejak lama dan rapi. Mereka sangat solid. Mereka bisa menyihir atau memaksa para cendekiawan dan para pemimpin sosial-reliji. Orang-orang bijak itu akhirnya menjadi fana.
Alhamdulillah sekali Anda punya aqidah dan telah memahami konsep aqidah itu. Inilah yang, agaknya, membuat Anda masih bisa bersabar. Tetapi, sebaliknya, ini pula yang membuat Anda siap menghadapi situasi apa saja.
Penulis: Asyari Usman (wartawan senior)