[PORTAL-ISLAM.ID] Kepada Sydney Morning Herald, George Soros mengatakan, "If there was ever a man who would fit the stereotype of the Judeo-plutocratic Bolshevik Zionist world conspirator, it is me."
Dia mirip Trotskyist. Paradigmanya; "One World Government". Soros dan "The Trots" are pro-Globalization and anti-Globalization at once.
Bersama Jeffrey Sachs, Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher, Romano Prodi dan IMF, Soros merilis policy "shock therapy" dan berhasil membubarkan Soviet Union.
Di Asia, tangan-tangan Soros nyata menggerakan Pemberontakan Tibetan Pro Dalai Lama. Dia cashier Steve Jolly, Komandan far-left 'Militant' Trotskyist, yang ikut serta dalam aksi demonstrasi di Tiananmen Square tahun 1989.
Komunis Runtuh tahun 1991. The end of cold war. Dunia multipolar. Freemarket sepenuhnya beroperasi di Eropa.
Soviet Union selesai, Soros mulai memusatkan perhatian ke Asia Tenggara. Presiden Soeharto target utama. Dia dinilai terlalu lunak dengan memberi ruang bagi Junta Militer Burma masuk ASEAN.
Sedangkan saat itu, Soros sedang mengolah Burma. Mahatir Muhamad berpendapat "soft transition" paling tepat bagi Burma. Liberal democracy bukan segalanya. Thus, in-line dengan Pak Harto.
Agenda Soros adalah "Open Conspiracy" karya H.G. Wells. Melalui "Open Society Foundations", Soros memugar diri sebagai "The Human Rights Mafia".
Soros merupakan prominent financier bagi "Human Rights Watch" dan "Amnesty International". Kedua NGO ini merupakan striker paling nyaring bagi rezim-rezim diktator. Keduanya bersama USAID, Open Society Foundation, dan Agent CIA nyamar "Indonesianist" Jeffrey Winters, beroperasi di Indonesia dan merintis Program Menggulingkan Pak Harto.
Mereka membiayai, membina dan berhubungan erat dengan komprador lokal i.e. figur-figur Anti Orde Baru, PKI, New Left, Syiah, Preman, Aktivis dan Gerakan Mahasiswa.
Tahun 1997, Soros menggoyang bursa saham Asia Tenggara. Ciptakan Badai Krisis Finansial. Mata uang ringgit dan rupiah terjun bebas. Momentum terakhir menyingkirkan Pak Harto.
Semua element binaan Soros berkolaborasi dengan IMF dan Presiden Bill Clinton mengakhiri kekuasaan Pak Harto.
Dari Camp David, President Bill Clinton menelepon Pak Harto dan memberi arahan keliru terima bantuan IMF.
Jadi Pak Harto dilengserkan bukan karena dia jahat seperti kata komunis. Dia bukan tyrrant seperti fitnah Pejuang Palsu HAM. Keruntuhan Ekonomi 98 bukan salah Pak Harto. Itu permainan global Soros dan antek-anteknya.
Pak Harto sebagai penganut "Extrim-Nasionalist" harus disingkirkan karena dia penghalang utama free trade dan multikulturalisme yang diusung Soros.
Ngga sampai di situ, semua yang berkaitan dengan Pak Harto dihabisi. Kolaborasi "Habibie-Wiranto" menyingkirkan Letnan Jenderal Prabowo Subianto dari lingkaran kekuasaan.
Pak Prabowo adalah korban reformasi. Sama dengan Pak Harto, dia dihitamkan. Karakternya dibunuh. Sudah saatnya, kebenaran dan keadilan diungkap.
Pak Prabowo bukan dalang kerusuhan Mei 98. Bukan penculik aktivis kiri radikal. Salahnya cuma satu; Tidak mau ikut reformist menggulingkan Pak Harto. Karena dia adalah "constitutional general".
Penulis: Zeng Wei Jian