[PORTAL-ISLAM.ID] Pilpres 2019 usai. Penghitungan suara dimulai. Belum ada satu pun kepala negara dunia mengucapkan selamat kepada pemenang. Sudah 300 orang KPPS wafat. Pasukan Brimob ditarik ke Jakarta.
Penarikan pasukan luar daerah dilakukan PM Li Peng. Alasannya supaya tega menggilas demonstrasi di Tiananmen Square.
Beijing dikepung unit-unit PLA dari semua arah. Brigade 38, 63 dan 28 masuk dari Barat. Divisi Udara ke 15 dan Brigade Angkatan Darat 20, 26, 54 dari Selatan dan dari Utara datang Brigade 40 dan 64.
Jelang Pilpres 1969, President Marcos dan pemerintahnya mengklaim sudah membangun infrastruktur jalan dan gedung sekolah lebih banyak dibanding gabungan semua pendahulunya.
Tanggal 07 Februari 1986 Pilpres ke 4 digelar. Marcos dimenangkan KPU Philiphina i.e. Commission on Elections (COMELEC) dengan suara 10,807,197 lawan Aquino”s 9,291,761 votes.
National Movement for Free Elections (NAMFREL) mengorganisir poll watcher dan merilis kemenangan Aquino dengan angka 7,835,070 against Marcos yang mengantongi 7,053,068 votes.
Laporan kecurangan pilpres macam ngga terdaftar DPT, jual-beli suara, dan manipulasi marak membuat Catholic Bishops” Conference of the Philippines (CBCP), Kardinal Jaime Sin dan President Ronald Reagan merilis mosi tidak percaya.
Dari tanggal 22-25 Februari 1986, Metropolis Manila lumpuh akibat aksi “People Power” 2 juta orang Pro Aquino atau sekitar 2% dari total 55.895.000 penduduk Philiphina.
Gerakan sipil tak bersenjata memecah tentara. Marcos didukung marinir dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Fabian Ver.
Tiba-tiba Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile dan Wakil Kepala Staff Letnan Jenderal Fidel Ramos loncat pagar dan dukung Corazon “Cory” Aquino.
Penulis: Zeng Wei Jian