[PORTAL-ISLAM.ID] Gagasan menjadikan Novel Baswedan sebagai bakal calon Jaksa Agung adalah langkah politik yang cerdas. Siapa yang tak kenal Novel Baswedan? Penyidik KPK yang punya idealisme dan tak diragukan komitmennya dalam memberantas korupsi. Nyalinya besar untuk menangkap para koruptor kelas kakap. Termasuk para jenderal di institusi kepolisian. Institusi tempat dimana Novel berasal. Tidak mungkin bisa dilakukan kecuali oleh orang yang punya idealisme tinggi dan besar nyali.
Akibat idealisme itu, Novel harus menanggung risiko. Wajah dan matanya disiram air keras. Hingga hari ini, hampir genap dua tahun, tepatnya 11 April nanti, kasusnya membeku. Pelaku pun tak tertangkap. Novel bilang: tak akan ditangkap. Ia pesimis.
Novel menyerah? Tidak! Itu risiko profesi. Risiko penegak hukum yang punya komitmen menegakkan hukum di atas semua bentuk kepentingan dan ketakutan. Novel tak mengeluh, dan tetap menjalankan tugasnya secara profesional. Apakah idealisme Novel luntur? Tidak! Nyalinya menciut? Tidak juga!
Publik respek terhadap kerja dan komitmen Novel. Rakyat menjadi barisan pembela di belakang Novel. Kendati diam, tapi simpati dan empati rakyat kepada sepupu Gubernur DKI Anies Baswedan ini tak terbendung.
Protes dan kritik atas lambatnya proses hukum terhadap kasus Novel tidak saja menyasar integritas institusi kepolisian, tapi juga Jokowi sebagai kepala negara. Image publik, Jokowi dianggap melakukan pembiaran terhadap kasus ini. Rakyat berharap Jokowi punya “good will” untuk mendorong kasus novel ini dituntaskan. Jika tidak, pasti berisiko terhadap elektabilitas Jokowi.
Beberapa waktu lalu, sempat dibuat tim untuk menangani kasus Novel. Persis jelang debat pertama Capres-cawapres. Sayangnya, saat ini tim itu gak terdengar lagi beritanya.
Apapun situasinya, rakyat tak boleh apatis. Tetap percayakan kepada pihak kepolisian untuk menuntaskan kasus Novel. Dan berharap kepada presiden ikut mendorong agar kasus Novel bisa segera dituntaskan. Ini akan jadi kredit poin, baik untuk institusi kepolisian maupun presiden.
Nama besar dan komitmen Novel untuk memberantas korupsi telah menggoda tim BPN (Badan Pemenangan Nasional) Prabowo-Sandi. Kubu 02 telah mewacanakan jabatan Jaksa Agung kepada Novel jika nanti Prabowo-Sandi menang. Politisi Gerindra, Fadli Zon dan juga Andre Rosiade menjadi jubir untuk menyampaikan gagasan itu.
Apakah yang diungkapkan Fadli Zon dan Andre Rosiade ini serius? Terkait dengan posisi, jabatan dan hal-hal prinsip lainnya, biasanya kader Gerindra tak akan berani melangkahi Ketua Umumnya. Artinya, besar kemungkinan apa yang disampaikan Fadli Zon dan Ande Rosiade itu atas arahan dan seijin Ketua Umum Partai Gerindra yaitu Prabowo Subianto.
Mengangkat nama Novel Baswedan sebagai bakal calon Jaksa Agung di pemerintahan Prabowo-Sandi merupakan langkah politik yang cerdas. Strategi ini akan menjadi salah satu antitesa terhadap pemerintahan Jokowi yang terkesan lemah dan tebang pilih dalam penegakan hukum.
Adanya “antitesa” menjadi dorongan paling fundamental bagi kubu oposisi untuk mendeklarasikan suksesi terhadap petahana. Antitesa adalah tawaran alternatif dan alasan mengapa petahana harus diganti. Antitesa inilah yang harus disampaikan pihak oposisi kepada pemilih. Dan pastikan pemilih paham, ngerti dan menerima alasan mengapa Prabowo harus menggantikan posisi Jokowi.
Ada tiga antitesa yang dimilik Prabowo-Sandi sebagai alasan untuk menggantikan kepemimpinan Jokowi. Pertama, soal kedaulatan. Rezim Jokowi dianggap mengelola negara dengan sangat liberal. Hal ini ditandai dengan hutang yang ugal-ugalan ke China, banjirnya tenaga kerja Aseng dan impor pangan yang liberal. Sementara Prabowo, sebagai tentara, di mata publik berhasil menampilkan sosok pesonanya yang patriotis dan nasionalis. Kedaulatan menjadi literasi Prabowo yang paling dominan dan kuat. Ini terlihat sekali terutama di debat ke-4 kemarin.
Kedua, terkait umat Islam. Ada “kesan yang begitu kuat” bahwa Rezim Jokowi tidak berpihak kepada Islam. Faktor inilah yang mendorong umat Islam, di luar NU struktural khususnya, menaruh harapan kepada Prabowo-Sandi. Apalagi Prabowo dikenal sebagai kelompok tentara hijau (Dekat dengan kelompok Islam).
Ketiga, soal penegakan hukum. Akhir-akhir ini, publik seringkali dipertontonkan praktek hukum yang tebang pilih. Istilah kriminalisasi menjadi sangat familier di telinga rakyat.
Tiga narasi “antitesa” ini harus menjadi kampanye yang meyakinkan dari Prabowo-Sandi sebagai pihak oposisi jika ingin merebut hati rakyat. Sebab, di saat rakyat sedang merindukan pemimpin alternatif, maka sesuatu yang berbeda dan kontras akan lebih diminati dan menarik buat mereka. Prabowo-Sandi harus hadir dengan sesuatu yang berbeda dari Jokowi.
Dihadirkanya Novel Baswedan sebagai bakal calon Jaksa Agung di pemerintahan Prabowo-Sandi itu seksi. Suatu pembeda dan kontras. Dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi rakyat. Nama Novel Baswedan bisa jadi “vote getter” yang signifikan untuk paslon 02.
Akan lebih kuat lagi jika Prabowo sendiri yang langsung menyampaikan. Ini sekaligus jadi bagian dari janji politiknya. Tentu, akan menuai kritik karena dianggap telah mengganggu kinerja KPK. Dan sekarang, kritik itu sudah muncul. Diantaranya disampaikan oleh Neta S Pane, Ketua Presidium Indonesia Police.
Lngkah KPK menetapkan tersangka dan Operasi Tangkap Tangan (OTT) pasti akan dicurigai jika menyasar kader partai pendukung Jokowi-Ma’ruf. Akan ada upaya menghubung-hubungkan penangkapan itu dengan tawaran Jaksa Agung terhadap Novel. Dan ujungnya, KPK akan dituduh berpihak dan bagian dari operasi Prabowo-Sandi.
Tapi, apapun isu dan kecurigaan yang telah berkembang terkait kinerja KPK, Novel Baswedan adalah sosok yang cocok untuk menjadi Jaksa Agung. Rakyat berharap kubu Prabowo-Sandi tak perlu segan dan canggung menyampaikan ke publik atas minatnya untuk meminang Novel Baswedan jadi Jaksa Agung.
Kendati kritik itu mulai dilancarkan, niat untuk melamar Novel Baswedan sebagai bakal calon Jaksa Agung tidak boleh surut. Rakyat pasti dukung niat baik dan semangat untuk menegakkan hukum dan memberantas korupsi. Dan Novel Baswedan adalah orang yang tepat untuk diberi tugas itu.
Hadirnya nama Novel Baswedan akan menjadi poin positif bagi Prabowo-Sandi, baik untuk meraih suara di pilpres 17 April nanti, maupun saat jadi presiden dan wakil presiden jika Prabowo-Sandi terpilih.
Jakarta, 4/4/2019
Penulis : Tony Rosyid