[PORTAL-ISLAM.ID] Wacana people power yang dicuatkan oleh Amien Rais, dalam amatan saya, lebih mengarah ke peringatan, bukan ancaman. Sebagai sebuah peringatan, alangkah bijaknya semua pihak mencari dan menemukan akar masalahnya. Ini penting, agar tidak ada kesalapahaman yang hanya berujung kepada benturan antar anak bangsa.
Sebagai negarawan sekaligus politisi kawakan tentu Amien Rais tak asal bicara. Segalanya pasti sudah diperhitungkan. Bukan apa-apa, ini juga menyangkut nama besar dan kredibilitasnya sebagai sosok yang hingga kini masih menjadi patron politik di Tanah Air.
Wacana people power berhembus dari kegelisahan, kerisauan, dan kekecewaan terhadap potensi serta kecenderungan kecurangan pemilu. Potensi itu pun bukan muncul tanpa alasan. Ada beberapa alasan, diantaranya persoalan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang belum terkonfirmasi.
Publik berharap penyelenggara pilpres/pemilu dan pemerintah bertindak cepat dan tepat membereskan hal-hal yang belum beres. Publik juga meminta jaminan bahwa pelaksanaan pilpres benar-benar terukur dan bersih.
Jika harapan itu diabaikan, atau terkesan diabaikan, maka kekecewaan publik akan membesar. Jangan sampai pula harapan itu ibarat jauh panggang dari api. Jangan sampai. Mengapa? karena itu akan sangat mengecewakan.
Ketika perasaan dan rasa keadilan publik tertekan dan muncul rasa kecewa yang luar biasa, saya khawatir akan adanya dampak buruk yang akan mengikutinya. Saya benar-benar khawatir. Saat kekecewaan dan harga diri tertekan dan sangat menghimpit pikiran dan prasaan, lalu muncul bersamaan, maka people power pun bisa merasuk ke dalamnya.
Namun sekali lagi dalam pandangan saya wacana people power Amien Rais adalah peringatan, bukan ancaman. Sebagai peringatan, tentu semua pihak meski bijak menyikapinya.
Sikap bijak meski pula dibarengi oleh satunya kata dan perbuatan, terutama di kalangan elite. Menkopolhukam Wiranto, misalnya, secara tegas meminta setiap pelanggaran dilaporkan ke pihak berwenang. Publik menunggu konsistensi pernyataan ini dengan tindakan nyata. Sebab, beberapa hari belakangan beredar video di media sosial yang menayangkan seseorang mirip Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan sedang menyodorkan amplop ke seorang kiai di Madura. Sang kiai diminta untuk menginstruksikan santrinya berbaju putih saat mendatangi TPS pada 17 April mendatang. Jika Wiranto bersikap bijak dan konsisten dengan ucapannya, maka akan menindaklanjuti polemik tersebut.
Segala potensi yang menghalangi pilpres bersih harus dibabat dan disingkirkan sejak dini. Jika penyelenggara pemilu dan pemerintah bisa menuntaskannya hari ini, tentu itu menjadi harapan bersama.
Tolong jangan lambat, dan terlambat, karena kelambatan bisa menimbulkan banyak pertanyaan. Dan jika terus menerus lambat dalam penyelesaian, maka akan muncul kecurigaan, bisa jadi kerugian.
Ariady Achmad