JOKOWI-MARUF KALAH
by Zeng Wei Jian
Grand Strategy mayoritas followers Paslon Ko-Ruf No 1 adalah "Fearmongering" (Kampanye menjual ketakutan). Menginjeksi Islamophobia. Rasa takut diyakini lebih efektif daripada rasa lapar.
"Part of the reason that the government's fear mongering is succeeding is because so many people are so ignorant, that it is easier for government to frighten people in submission," kata Penulis James Bovard.
("Salah satu alasan mengapa fear mongering pemerintah ini berhasil adalah karena begitu banyak orang yang begitu bodoh, sehingga lebih mudah bagi pemerintah untuk menakut-nakuti orang")
Maka persetan dengan daya-beli lemah akibat policy pajak. Swasta bangun sepotong Jalan Tol Berbayar, dipaksain jadi Prestasi Jokowi. Ngga peduli usia, Kyai Maruf Amin direkrut jadi cawapres. Eliminasi Prof Mahfud MD. Fungsinya; sedot suara nahdliyin.
Padahal Jokower grassroot cuma Pasukan Nasi Bungkus. Walaupun, Jokowi dua periode, Mereka tetap ngutang, nunggak bayar listrik dan ngga sanggup beli rumah.
Pihak yang diuntungkan dari Jokowi Dua Periode ya dia-dia lagi. Broker politik, buzzer, kontraktor proyek dan taipan. Jokower grassroot cuma dapet kaos dengan gambar Kyai Maruf dan siluet biru, merah, hijau, kuning mirip diagram partai gay dan lesbian. Bonusnya nasi-bungkus dan duit goban.
Selagi Gubernur Ganjar gunakan APBD 18 Milyar gelar Konser Apel Kebangsaan Slank, ente dapet apa?!
Narasi "Fearmongering" itu seputar delusional story. Rekayasa konsultan politik. Outline-nya itu-itu aja. FPI, Khilafah, Negara Islam, Suriahnisasi Indonesia dan Syariah Laws. Hayalan tingkat tinggi seperti pasien over-dosis Sanax.
Jokower grassroot dan elite memang kurang piknik. FPI sudah ada sejak 1998. HTI bebas-bebas saja di masa lalu. Sudah ada dari tahun 1983.
Baru dipermasalahkan sejak Jokowi-Ahok berkuasa. Menurut Bret Stephens, Institutionalized racism dan Jihadist merupakan Liberalism’s Imaginary Enemies.
PEW Research melakukan riset. Hasilnya, dari 1.6 milyar muslim hanya 0.006625% mendukung violence (kekerasan).
Tapi karena pemerintah butuh "imaginary enemy" to divert people attention, maka "blame it on Islam attitude" diimplementasi. Hasilnya, divided society (masyarakat terbela). Dampaknya, investor males tanam duit. Solusinya ya ngutang lagi ke China.
Premis awal dari Grand Strategy sudah salah. "Fear" bukan primum movens. National Institutes of Health menyimpulkan motivasi utama manusia adalah hunger, thirst, or fear.
Keruntuhan ekonomi sudah dirasakan middle class. Mereka sudah ngga tahan. Jangankan bangun pabrik, import saja susah sekarang. Tempat-tempat hiburan sepi. Masyarakat pilih simpan uang.
Mantan Ketua Hipmi Erwin Aksa mengemukakan, para pengusaha ingin perubahan kepemimpinan nasional. Pasalnya, banyak usaha mereka yang mati atau tidak berjalan baik selama 4,5 tahun kepemimpinan Jokowi.
"Ini pengusaha ingin sampaikan pesan yang tegas dan clear. Mereka ingin perubahan kepemimpinan nasional," kata Erwin dalam acara deklarasi Aliansi Pengusaha Pemenang di Jakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2019) malam. Acara itu dihadiri Calon Presiden Prabowo Subianto dan Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno.
Erwin menjelaskan, selama 4,5 tahun terakhir ini, ekonomi Indonesia berjalan tanpa navigasi. Tidak ada keberpihakan terhadap pengusaha nasional. Atas kondisi tersebut, mereka menitipkan harapan kepada pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Karena itu, jangan heran bila April 2019, Paslon Ko-Ruf No 1 akan tumbang.
THE END