SELAMAT TINGGAL, UJIAN NASIONAL!
Anak saya yang paling besar bertanya, "Pa, kalau Pak Sandi menang, nggak ada ujian lagi?"
"Oh, ujian tetep ada nak. Masih perlu untuk mengetahui progres pendidikan masing-masing sekolah, sebagai bahan evaluasi, serta untuk mengetahui bakat masing-masing anak didik. Tapi bukan penentu kenaikan kelas. Yang ditiadakan itu ujian nasional, karena manfaatnya nggak jelas." jawab saya.
"Kok UN bisa kurang bermanfaat, Pa?" anak saya melanjutkan pertanyaan.
"Ya kurang bermanfaat. Yang tahu dan mengenal anak-anak didik kan para guru di masing-masing sekolah. Yang tahu bakat tiap-tiap murid kan para guru yang mendidik mereka. Dan bakat tiap-tiap anak pasti unik, berbeda-beda. Lalu mengapa yang menguji bukan orang yang mengenal mereka? Dan mengapa bakat beraneka ragam itu diuji dengan materi ujian yang sama? Kan mubadzir dan kurang bermanfaat. Malah bikin anak-anak stres."
"Ujian lokal hanya untuk mengenal bakat masing-masing anak, lalu dari situ para orang tua bisa diarahkan, ke sekolah mana anak-anak mereka sebaiknya melanjutkan jenjang pendidikannya. Dengan begini, anak-anak bisa digali potensi mereka sejak dini, selanjutnya diarahkan dan diasah di sekolah menengah junior, lalu digembleng di menangah atas. Ketika anak-anak didik merasa sreg dan cocok dengan materi pendidikan yang mereka terima, mereka jadi senang dan rajin sekolah. Sekolah bukan lagi menjadi beban dan tempat menakutkan bagi anak-anak seperti kamu."
"Nah, diharapkan, walaupun baru lulus SMA, anak-anak muda ini sudah siap kerja. Dan pemerintah sudah menyiapkan lapangan kerja buat mereka. Dan bagi yang ingin mengasah lebih dalam lagi keahliannya sehingga bisa menjadi lebih profesional, mereka bisa kuliah."
"Begitu, Bi," saya mengakhiri penjelasan.
"Keren ya, Pa, misi Pak Sandi."
"Iya dong. Gitu cara berpikir orang cerdas."
"Pak Prabowo-Sandi bisa menang nggak Pa?"
"Papa nggak tahu, Nak. Kan nggak semua orang Indonesia cerdas."
(Wendra Setiawan)