SAAT KALIAN TERTIDUR
Dua pengusaha asal India dan Indonesia ngobrol ringan di sela-sela pertemuan bisnis.
Indonesia (INA): "Luar biasa sekali negara anda. Di saat dunia sedang gonjang-ganjing akibat perang dagang AS-RRC, kalian masih bisa mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 7.3% tahun lalu. Untuk mencapai 5% saja, kami ngos-ngosan. Utang sana utang sini untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi."
India (IND): "Itulah beda pemimpin negara kami dengan kalian. Ketika banyak negara was-was atas perang dagang antara Trump dengan Xi Jinping yang kian memanas, pemimpin kami justru melihat ada peluang pasar yang bisa direbut."
"Akibat proteksi produk-produk RRC oleh Amerika, yang menyebabkan permintaan barang dari RRC menurun drastis, banyak produsen membawa modal mereka keluar dari RRC, lalu berinvestasi di negara-negara lain yang tidak bermasalah dengan AS. Inilah peluang besar yang dilihat oleh pemimpin kami."
"Ketika pemimpin kalian sibuk selfi di pasar, di mall, di jalan tol, di got, atau di KRL, pemimpin kami sibuk bernegosiasi dengan para investor untuk merayu mereka agar mau berinvestasi di negara kami. Kemudahan perizinan, insentif pajak, tax-holiday, subsidi ekspor, kami tawarkan kepada semua produsen besar yang mau menanamkan modalnya di India."
"Walaupun neraca perdagangan negara kami terus defisit, tapi nilai investasi di India terus naik, sehingga nilai tukar rupee stabil, walaupun sempat sedikit melemah di pertengahan tahun lalu. Ketika utang negara kalian bertambah, utang negara kami justru berkurang."
"Negara kami nggak punya apa-apa. Tanah kurang subur. Minyak hampir nggak punya. 80% kebutuhan BBM negara kami harus diimpor dari negara lain. Hasil laut nggak seberapa. Kami tidak punya garis pantai sepanjang negara kalian. Rakyat kami juga kebanyakan blo'on."
"Sedangkan negara kalian, apa sih yang tidak kalian punya? Dari puncak gunung hingga dasar lautan bisa kalian jadikan uang. Kalian memiliki kawasan pariwisata kelas dunia. Mutiara, intan, berlian, emas, minyak, gas, batubara, kalian punya. Dengan kekayaan sebesar itu, nggak perlu ngos-ngosan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5%. Merem sambil lepas setir aja kalian pasti bisa."
"Kuncinya di pengelola negara."
"Ketika pemimpin kalian tertidur lelap, pemimpin kami adu cepat dengan kokok ayam jantan di pagi buta, menyambut datangnya rejeki."
"Saya tidak paham, apa sih manfaat seorang pemimpin pulang kantor berdesak-desakan dengan paspampres dan stuntmen saat naik KRL, terhadap pertumbuhan ekonomi?"
"Di era revolusi industri 4.0 ini kalian kok masih senang dengan yang begituan?"
INA: "Kan merakyat. 😄😄😄"
(By Wendra Setiawan)
Sumber: fb penulis