[PORTAL-ISLAM.ID] Di salah satu media online, ada berita Pemprov DKI nambah saham di PT Delta Djakarta tbk. Perusahaan bir (minuman keras) di Jakarta. Loh... Kok malah nambah? Begitu kira-kira yang ada di otak kita.
Kontraproduktif! Didukung ulama, malah nambah saham bir. Gimana nih gubernur? Isu ini mulai naik dan jadi perbincangan publik. Sejumlah tokoh agama mempertanyakan
Stop! Jangan buru-buru buat kesimpulan. Cari data yang cukup dulu, lalu silahkan membuat penilaian. Agar gak salah dan tersesat.
Kalau data gak cukup, parsial dan sepotong-sepotong, agak sulit membuat kesimpulan dan penilaian yang tepat. Apalagi data itu hanya dari media. Seringkali jauh dari cukup. Lebih-lebih jika wartawan agak ngantuk saat wawancara. Nah! Yuk, kita cari info.
Dulu saham pemprov DKI di PT Delta Djakarta tbk terbagi menjadi dua: BP IPM & Pemprov DKI sendiri. BP IPM punya saham 2,91%, dan Pemprov DKI jumlah sahamnya 23,34%. Namun semenjak 2013, BP IPM dibubarkan dan kepemilikan saham di PT Delta Djakarta masih belum disatukan.
Sekarang, dua saham itu disatukan. Buat apa? Mau dijual. Jual gelondongan, bukan satuan. Kira-kira totalnya 26,25%. Paham?
Sesuai dengan janji Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat kampanye. Terpilih, saham Pemprov DKI di PT Delta Djakarta tbk akan dijual. Anies-Sandi punya i"tikad dan komitmen kuat menyelesaikan satu-satu janjinya. Loh, untungnya itu besar, kenapa dijual? Tanya Prasetyo, ketua DPRD Jakarta. Cari yang halal dan berkah! Mungkin itu alasan Anies.
Jual saham bir itu harga mati. Kenapa? Pertama, ini terkait komitmen janji politik. Kalau gak komitmen, apa bedanya dengan yang lama? Kedua, ini sesuai dengan keinginan mayoritas rakyat Jakarta. Rakyat yang gak mau ada transaksi dan minuman haram di Jakarta. Karena itu, tak ada alasan bagi Anies untuk tidak menjual saham bir. Soal komentar ketua DPRD Jakarta? Gampang! Ajak ngopi, beres. Ini hanya masalah komunikasi politik saja.
Berarti di Jakarta gak ada bir dong? Bagaimana para turis bule dimana bir menjadi kebutuhannya? Pertanyaan ini lucu. Lucu, karena tak berbasis kepeduliannya pada norma, baik agama maupun norma sosial masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta.
Kalau bule ketagihan minuman keras, sediakan air zamzam saja, biar tak lagi ketagihan. Gitu aja kok repot. Bule aja gak komplain, kenapa lu yang jadi sewot?
Keuntungan dari bir juga gak seberapa besar, kata Anies. Lebih baik diinvestasikan ke air bersih dari pada ke air keras, imbuhnya. Kebetulan Pemprov DKI sedang dalam proses "nego akuisisi" dua perusahaan air bersih yaitu Aitra dan Palyja, milik Salim Group. Ini malah lebih besar manfaatnya, karena sekaligus bisa melindungi warga Jakarta dari "kapitalisasi" air.
Cocok! Mayoritas penduduk Jakarta beridentitas keumatan. Bagi mereka, haram jual beli bir. Tanpa harus diminta pun, besar kemungkinan Anies akan tetap jual saham Pemprov DKI di PT. Delta Djakarta tbk. Apalagi kalau diminta. Gayung bersambut.
Seorang pemimpin mesti paham apa yang jadi kemauan rakyatnya. Keputusan dan kebijakannya, selain berbasis pada aturan, juga harus mempertimbangkan harapan dan keinginan rakyatnya. Jual saham di perusahaan bir itu bagian dari visi kerakyatan yang harus ditunaikan oleh Anies. Apalagi sudah dijanjikan dalam kampanye. Jangan sampai seperti janji tolak impor pangan yang hanya berujung jadi keributan antara Menteri Perdagangan, Pertanian dan Kabulog. Atau mobil Esemka yang tak kunjung diproduksi, karena bukan urusan Presiden. Bisa gawat! Pemimpin itu dilihat dari ucapan, janji dan komitmennya.
Meski Pemprov punya saham di PT. Delta Djakarta tbk sudah sejak tahun 1961, tetap tak ada alasan untuk mempertahankannya. Religiusitas dan kenyamanan rakyat Jakarta lebih penting dari sejumlah keuntungan yang menurut kalkulasi gubernur tak seberapa. Ini hanya bahasa santunnya gubernur saja. Sebenarnya gubernur ingin mengatakan: sebesar apapun keuntungan bir, itu tetap haram dan akan dijual sahamnya. Begitulah kira-kira. Sekedar menebak. Tebakan yang sepertinya benar.
Jakarta tak hanya ingin maju kotanya, tapi juga ingin bahagia warganya. Kebahagiaan salah satunya bisa diperoleh jika ada keberkahan. Gimana mau berkah kalau cari keuntungan dari jual beli bir? Narasi seperti ini pasti datang dari lidah para Kiai yang dukung Anies. Kiai yang dukung pihak lain? Entahlah...
Kok jadi religius banget? Karena Anies jadi gubernur salah satu basis terkuatnya adalah pada religiusitas dukungan. Wajar! Jadi, jual saham bir itu mesti dipahami sebagai bagian dari ikhtiar wajar dan natural Anies untuk menjadikan Jakarta yang maju kotanya dan bahagia warganya.
Dengan begitu, pro-kontra soal saham bir hanya akan jadi isu yang mematangkan dan memastikan saham Pemprov DKI di PT. Delta Djakarta tbk dijual. Titik!
Jakarta, 3 Maret 2019
Penulis: Tony Rosyid