[PORTAL-ISLAM.ID] Tiba-tiba netizen Indonesia heboh setelah menyaksikan sebuah video viral kunjungan Prabowo ke Cianjur, Jawa Barat.
Dalam video tersebut nampak Prabowo berdiri dari balik sunroof Toyota Alphard warna hitam sedang memperhatikan massa yang begitu antusias menyambutnya. Teriakan “Prabowo, Prabowo, Prabowo”, bercampur dengan bisingnya suara sirene.
Beberapa lelaki berbatik nampak mengawal di kiri-kanan mobil. Tiba-tiba tangan Prabowo menggaplok tangan seseorang diantaranya. “Kamu…!!! ” Suara berikutnya tidak jelas.
Tapi terlihat Prabowo menghardik sambil menyuruh lelaki tersebut menjauh dari mobil dan menunjuk-nunjuk ke belakang.
Kontan saja, video tersebut digoreng di medsos oleh pendukung paslon Jokowi-Maruf. Mereka bersorak-sorak menemukan bahan untuk membully Prabowo. “Lihat tuh, wataknya emang, kasar, emosional. Jangan dipilih…” Bla..bla.. bla..
Belakangan, muncul video viral permintaan maaf dari lima orang polisi yang ditugaskan Mabes Polri sebagai pengawal Prabowo di ajang Pilpres 2019 ini. Sepertinya, pria berbatik yang dihardik Prabowo, ada diantara mereka.
Intinya, mereka meminta maaf kepada masyarakat Cianjur dan Prabowo “Karena melihat antusias masyarakat yang mendekat, Bapak Haji Prabowo mengingatkan kami agar menjaga keselamatan masyarakat dan bersikap lebih humanis kepada masyarakat.” Begitu kata komandannya.
Nilai saja sendiri. Saya tidak mau membahas apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Karena saya tidak sedang berada di lokasi.
Kalau saya sih tidak kaget melihat peristiwa itu. Sepanjang yang saya tahu dan kenal dengan Prabowo, wataknya memang keras, kasar, emosional. Apalagi? Spartan!!
Pokoknya, bagi saya, Prabowo itu tentara banget. Lihat sesuatu yang gak bener, langsung sikat, urusan belakangan. Tapi saya gak takut tuh sama Prabowo. Karena saya tahu dia orang baik. Bagi saya, karakter Prabowo mirip Ali Sadikin.
Saya pernah berjumpa dan wawancara dengan gubernur legendaris DKI Jakarta itu setelah dia pensiun yakni ketika Bang Ali bertemu Presiden waktu itu Gus Dur di Istana Merdeka Jakarta.
Widiiih. Galak banget dia. Kalau ngomong suaranya kenceng. Ceplas ceplos. Gaya urang Sunda. Walaupun Bang Ali menjadi Gubernur DKI dan lebih dikenang oleh warga Betawi, namun sejatinya Ali Sadikin adalah urang Sunda, keturunan Menak Sumedang.
Berbeda dengan urang Sunda pada umumnya, Bang Ali gada takutnya. Apalagi kalau ngomongin Pak Harto dan Golkar. Busyet, emosional banget. Bisa sambil mukul-mukul meja segala.
Kalau wartawan salah nanya, langsung dihardik. “Ahh goblok lu..t*i pedut lu..!! ” Wakakkakak…
Liat video Prabowo di Cianjur itu saya justru teringat Ali Sadikin. Saya kangen kangen Bang Ali. Semua orang yang sudah dewasa si jaman Orde Baru pasti kenal dia. Banyak rumor, banyak kontroversi, tapi banyak orang menyimpulkan dia orang baik. Itu cerita-cerita dari senior saya.
Keras, emosional, pemarah bahkan konon suka main tempelang ke aparat yang dianggapnya gak becus.
Ada cerita, Bang Ali, pernah ngejar-ngejar supir truk yang ugal-ugalan di jalan. Ketangkap. Setelah tahu supir itu ternyata tentara, malah langsung digamparin. Pasti seru kalau waktu itu ada yang memvideokan. Hahaha..
Meski galak sama wartawan, tapi Bang Ali suka ngasih duit. Wartawan yang ngepos di Balaikota DKI diperhatikan kesejahteraannya. Dibikinin perumahan. Diberangkatkan ke tanah suci, Mekah. Ayoo, mantan Wartawan Balaikota jaman Bang Ali, ngaku deh. Hehehehe..
Keras, emosional, tidak pandang bulu. Justru karena itulah Bang Ali disayang warga Jakarta. Kota Jakarta yang dipimpin Bang Ali sejak tahun 1966 sampai 1977, maju pesat. Dari kota kampung besar, disulap jadi metropolitan.
Saking disayangnya warga Jakarta, waktu dia selesai sebagai gubernur, banyak warga yang menangis. Sampai penyanyi kondang saat itu, Melky Goeslow mempersembahkan sebuah lagu berjudul “Bang Ali”.
Lagunya sangat populer kala itu. Bang Ali, begitu dicintai rakyat Indonesia. Banyak yang berharap dia menjadi capres penantang Pak Harto.
Sayang, Bang Ali memilih beroposisi di luar pagar melalui Kelompok Petisi 50. Saya pikir, kalau Bang Ali masuk PPP atau PDI, pasti ada partai yang bisa mengimbangi dominasi Golkar waktu itu.
Bang Ali wafat tahun 2008. Saya masih dan selalu merindukan sosok tentara keras tapi baik hati seperti dia.
Kerinduan saya mulai terobati ketika Prabowo terjun bebas ke kancah pemilu 2009 bersama bendera Gerindra. Partai ini ternyata langsung membetot perhatian publik. Dalam hati saya, nah ini dia orangnya.
Ali Sadikin, letnan jenderal KKO-AL (Marinir). Prabowo letnan jenderal Kopassus AD. Kedua figur ini dibentuk dan dibesarkan di pasukan tempur paling elite, yang dari dulu terkenal sebagai pasukan pamungkas.
Bahwa kedua figur ini terkesan kasar, galak, ganas, itu konsekwensi dari pilihan hidup mereka sebagai prajurit komando.
Justru jadi aneh kalau prajurit dari Marinir atau Kopassus (dan para pensiunannya) terlihat halus, santun, lemah lembut. Barangkali dulu dia gak pernah ikut operasi perang, cuma tentara kantoran atau bagian dapur umum.
Prabowo memang sosok yang ganas seperti Kopassus seharusnya. Tapi saya tahu, hatinya baik. Dia suka menolong orang, suka sedekah. Tidak cukup saya kisahkan di sini. Tapi pasti banyak orang mau bersaksi tentang sosok Prabowo sebenarnya.
Bagi saya, dengan memelihara kucing bernama Bobby, sudah cukup meyakinkan saya, Prabowo seorang humanis. Binatang saja dipelihara, apalagi orang. Oh ya, Prabowo juga memelihara kuda dan kambing.
Semoga saya tidak salah merindukan sosok Bang Ali pada diiri Prabowo. Saya berharap, dengan wataknya yang spartan, keras, ganas, tanpa tedeng aling-aling, dia bisa menyulap Indonesia menjadi negeri yang baik.
Negeri yang kaya, gemah ripah loh jinawi ini sudah sangat terpuruk akibat sepak terjang koruptor, kolaborator dan komprador yang makin merajalela.
Rakyat Indonesia hari ini butuh pemimpin yang berani, galak, tegas dan punya political will membasmi semua pengkhianat negara.
Rakyat kita, sudah capek dipimpin sosok yang diselubungi pencitraan. Katanya orang baik, katanya santun dan katanya merakyat. Tapi, faktanya negeri ini tetap terpuruk. Sudahlah, berhenti membodohi rakyat. Negeri ini tidak mungkin bisa diselamatkan oleh pemimpin planga-plongo. Wallahu’alam.
Penulis: Tjahja Gunawan