[PORTAL-ISLAM.ID] Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengklaim ada 4 juta pendukung paslon Prabowo-Sandi di Jabar yang balik kanan mendukung Jokowi-Ma’ruf. RK mengaku data itu diperolehnya dari sebuah survei.
Kita harus menyikapi pernyataan RK ini sebagai klaim seorang politisi. Jangan langsung percaya. Tapi juga jangan terlalu curiga. Woles saja.
Cara terbaik membuktikan klaim politisi adalah dengan mengujinya. Kita hadapkan dengan fakta-fakta.
Pada Pilpres 2014 Prabowo-Hatta memperoleh: 14.167.381 (59,78 persen) Jokowi-JK: 9.530.315 (40,22 persen). Total suara sah: 23.697.696. Artinya, kalau benar klaim RK, suara Jokma sudah naik sekitar 40%.
Pada Pilkada 2018 RK yang berpasangan dengan Uu Ruzhanul Haq memenangkan kursi Gubernur Jabar. RK-Uu memperoleh 7.226.254 (32,88 persen), disusul pasangan calon Sudrajat-Ahmad Syaikhu dengan perolehan suara sah sebanyak 6.317.465 suara (28,74 persen).
Kemudian posisi ketiga ditempati pasangan calon Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dengan suara sah sebanyak 5.663.198 (25,77 persen), dan terakhir ditempati pasangan calon TB Hasanuddin-Anton Charliyan dengan suara 2.773.078 (12.62 persen).
Dari perbandingan Pilpres 2014 dan Pilgub 2018 selisih perolehan suara RK dengan Jokowi sekitar 2.3 juta. Jadi basis suara RK dan Jokowi hanya sekitar 7-9 juta pemilih.
Sebagai figur yang dikenal sangat populer di media sosial, basis utama RK adalah perkotaan seperti Bandung. Hal itu menjelaskan mengapa figur yang minim pengalaman seperti dia, bisa terpilih menjadi walikota Bandung. Jangan dilupakan ada faktor PKS dan Gerindra yang menjadi pendukungnya.
Apakah RK masih populer di kota Bandung dan sekitarnya? Ketika menonton pertandingan Persib melawan Arema Malang (18/2) di Stadion Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, RK mengalami pengalaman yang memalukan.
Ribuan bobotoh Persib meneriaki RK dan istrinya Atila Kamil dengan koor “Prabowo…Prabowo!”. RK dan istrinya mukanya terlihat memerah. Dia pasti tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu dari bobotoh Persib. Mereka notabene adalah pendukungnya sewaktu menjadi Walikota Bandung.
Pengalaman serupa kembali terulang. Kali ini dia mengalami langsung bersama Jokowi. Mobil rombongan yang dinaiki Jokowi dan RK disambut yel-yel Prabowo….Prabowo ketika menghadiri Munas Alim Ulama NU di Tasikmalaya, Rabu (28/2).
Dua fakta ini saja sudah bisa memberikan gambaran bahwa Jabar masih tetap menjadi kandangnya Prabowo. Koor suporter yang meneriakkan kata Prabowo bisa diartikan sebagai protes atas sikap RK yang membelot ke kubu Jokowi.
Ketika maju sebagai calon Walikota Bandung (2013) RK bukan siapa-siapa. Dia hanyalah seorang arsitek berpenampilan kalem dan publik tidak mengenalnya. Dia kemudian diusung oleh PKS dan Gerindra berpasangan dengan tokoh PKS M Oded Danial. Bolehlah dia disebut sebagai representasi Gerindra.
Tak lama setelah terpilih menjadi Walikota Bandung, RK mulai menampakkan jati dirinya. Dalam berbagai kesempatan dia menyatakan sebagai sosok yang netral, tidak terkait dengan parpol manapun. Dia mulai meghilangkan jejak PKS dan Gerindra sebagai partai yang sangat berjasa mengusungnya.
Pada Pilgub 2018 RK melihat peluang untuk maju sebagai cagub. Dia kemudian lompat ke Nasdem setelah mendapat tekanan hukum. Sebagaimana pengakuannya kepada media, dia bersedia dicalonkan Nasdem karena takut. Partai milik Surya Paloh itu punya media dan Jaksa Agung.
Salah-salah dia bisa menjadi tersangka. Banyak masalah hukum yang membelitnya selama menjadi walikota.
Salah satu syarat menjadi cagub Nasdem adalah mendukung Jokowi pada Pilpres 2019. RK bersedia. Dia berada di kubu yang berseberangan dengan Prabowo, figur yang sangat berjasa mendukungnya. Sampai disini RK masuk dalam satu barisan dengan Ahok, figur yang sangat dikaguminya.
Sikap RK yang tidak mengenal terima kasih dan setia kawan inilah yang kelihatannya membuat bobotoh Persib menjadi antipati. Setia kawan adalah prinsip utama bobotoh Persib. Untuk membela bobotoh yang lain, mereka bersedia mati. Dapat dipastikan RK sudah kehilangan basis utamanya.
Di media sosial RK juga sudah mulai kehilangan pesonanya. Ribuan komen dari netizen ikut menyorakinya ketika dia dipermalukan oleh bobotoh Persib.
Di kalangan ulama? Nah ini yang menjadi persoalan utama RK. Sejak bergabung dengan para penista agama, secara matematis dia sebenarnya sudah selesai. Jabar adalah basis utama pendukung gerakan 212. RK terselamatkan pada Pilgub 2018 karena suara umat terpecah.
Pecah kongsi antara Deddy Mizwar dengan Syaikhu membuka peluang bagi kemenangannya. Andai Deddy Mizwar dan Syaikhu tidak berpisah di tengah jalan, rasanya tidak mungkin RK menang.
RK-Uu hanya memperoleh suara sebesar 32,88 persen, tidak terpaut jauh dari pasangan Adjat-Syaikhu 28,74 persen dan Deddy Mizwar- Demul 25,7 persen.
Fakta-fakta di atas membuktikan, klaim RK hanya pepesan kosong. Dia coba menyenangkan Jokowi dan harus mempertanggungjawabkan perjanjiannya dengan Nasdem.
Segala cara akan dilakukan untuk memenangkan Jokowi. Tiasa kang?
The End.
Penulis: Djajang Nurjaman