TENTANG UJIAN NASIONAL (UN)
Oleh: Dr. Budi Handrianto
Saya sendiri heran dengan UN (Ujian Nasional). Seluruh anak, guru, kepala sekolah, orang tua, tetangga, penjual makanan, dll heboh pas menghadapi UN. Pas soal datang dan pelaksanaan UN, sekolah dijaga polisi bersenjata. Ini mau perang atau mau ujian? Semua orang dibuat heboh dengan UN. Yang jadi masalah adalah, seakan-akan semua anak harus lulus UN. Tidak lulus UN buruk bahkan aib. Akhirnya ada sekolah atau kanwil yang berusaha -apapun caranya, anak didiknya lulus 100%. Padahal namanya ujian ya ada yang lulus ada yang enggak. Biasa saja itu.
Belum lagi dampak negatif bahwa "harus lulus UN" yaitu ketidakjujuran. Kita paham ada saja soal yang bocor. Ada pihak-pihak tak bertanggung jawab yang menjual soal dan jawaban UN. Sering saya dengar malam hari sebelum UN anak bukannya belajar tapi kasak kusuk mencari orang yang menjual bocoran UN yang harganya bisa jutaan. Kadang sang penjual baru muncul jam 4 pagi dan dengan "sabar" anak-anak itu menunggu. Sekolah itu tempat mendidik anak menjadi baik dan jujur. Bukan malah mendidik anak menjadi curang dan akhirnya jadi koruptor ketika jadi pejabat. Pihak sekolah (dan kementrian) memang tidak mendidik kebohongan dan kecurangan. Tapi sistem yang diterapkan itulah yang mendorong anak untuk berbuat curang.
Ada lagi yang membuat saya heran. Bila kita perhatikan tujuan Pendidikan Nasional dalam UU No. 20/2003 pasal 3 berbunyi, "....bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Jadi setiap murid yang lulus harus (1) Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT (2) berakhlak mulia (3) sehat (4) berilmu (5) dll (perhatikan urutannya)….Mestinya mata pelajaran yang di-UN-kan untuk tujuan Pendidikan di atas adalah (1) Pelajaran Agama (2) Pelajaran Agama Plus PPKN (dulu PMP) (3) Olah raga dan kesehatan (4) IPA/IPS/Matematika/Bahasa (5) dll...
Mengapa sekarang yang di-UN-kan adalah Matematika, IPA/IPS, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris? Mari kita perbaiki bersama sistem Pendidikan kita. Yang penting adalah evaluasi belajar, bukan UN.
Setuju saya dengan usulan Pak Sandi.
***
Ada yang membantah Sandi tidak relevan, karena UN sekarang tidak lagi menjadi syarat kelulusan.
Justru itu, apa yang disampaikan Sandi sangat relevan. Sudah tidak digunakan sebagai syarat kelulusan tetapi masih dilaksanakan dengan menghabiskan anggaran triliunan??? Mending dihapus sekalian. Mendikbud Anies sudah memulainya dengan menghilangkan fungsi UN tapi mafia masih belum ikhlas proyeknya hilang. Prabowo-Sandi akan menuntaskannya!
Justru sangat relevan. Sudah tidak digunakan tetapi masih menghabiskan anggaran triliunan? Mending dihapus sekalian. Mendikbud Anies sudah memulainya dgn menghilangkan fungsi UN tapi mafia masih belum ikhlas proyeknya hilang. Prabowo-Sandi akan menuntaskannya. https://t.co/0xtDFocXjC— Tras Rustamaji 02-PADI (@rustamaji) 18 Maret 2019