Jokowi Rapuh, Kiai Ma'ruf Sepuh, Prabowo Lugas, Sandi Cerdas
Sesungguhnya kontestasi ini adalah peristiwa rutinitas yang niscaya pada sebuah negara demokrasi. Biasa saja.
Pada masing-masing kandidat yang bertarung, kita tidak bisa menggantungkan segala harap. Sebab, segera setelah salah satu di antara mereka dilantik, kita semua akan kembali berjibaku dengan tanggung jawab keseharian kita.
Para jomblo tetap harus berburu pasangannya sendiri. Baik Joko atau Prabowo tak akan menyediakan istri atau suami untukmu. Yang punya banyak hutang, pun akan memeras otaknya sendiri untuk segera melunasi.
Perut-perut yang perih menahan lapar. Anak-anak tengkorak yang kekurangan gizi. Remaja-remaja jalanan yang putus sekolah. Orang-orang tua terlantar, yang tak punya rumah untuk berteduh. Akankah Sandiaga atau Kiai Ma'ruf menyisir mereka untuk dimanusiakan sebagaimana harusnya?
Bahwa saya punya sikap, kami punya pilihan, saya akan coblos Prabowo-Sandi, kami akan perjuangkan Pak Prabowo dan Mas Sandi agar terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia periode 2019-2024, itu karena berangkat dari keyakinan bahwa mereka berdua lebih baik dari Kiai Ma'ruf dan Pak Joko.
Pengetahuan terkait negara dan bangsa, jelas Prabowo melampaui Joko. Kedaulatan sikap dan kemandirian posisi, jelas Joko terlalu rapuh kalau dibandingkan Prabowo. Kejujuran jati diri, keinginan serta apa yang terjadi, bahasa verbal serta bahasa tubuh terlalu vulgar mengabarkan bahwa Prabowo lah orangnya, bukan Joko!
Mas Sandi dan Kiai Ma'ruf pun begitu. Tak diragukan memang bahwa secara ideologis saya lebih dekat kepada Kiai Ma'ruf daripada Mas Sandi. Tapi Kiai Ma'ruf sungguh terlalu sepuh kalau dibandingkan Sandi. Sandi terlalu energik kalau dijejer Kiai Ma'ruf.
Gagasan-gagasan Sandi lebih mempunyai kesempatan dan keseriusan untuk diwujudkan, daripada ide dan keinginan Kiai Ma'ruf ketika beliau bersedia mendampingi Pak Joko.
Nah, begitu menurut saya. Tentu Anda boleh berbeda sikap dengan saya. Saya sama sekali tidak akan menyoal pilihan Anda. Sebab memilih presiden petugas partai itu adalah suatu pilihan. Sebagaimana memilih Wapres yang meninggalkan amanah Rois Aam PBNU, itu juga suatu pilihan.
Ustadz Abrar Rifai
(Pengasuh Ponpes Babul Khairat Malang)
sumber: fb