[PORTAL-ISLAM.ID] Dua orang chieftains of liberal camp, Denny JA dan Rizal Mallarangeng mempertanyakan "akal sehat" Rocky Gerung.
Di antara buih-buih kata filsafat, selain akal sehat, mereka mempermasalahkan kritik dan Jokowi. Mereka minta Rocky Gerung juga mengkritik Prabowo.
Di era absurditas dan devided society, Rocky Gerung memilih bersikap dan gunakan akal sehat. Warnanya sejelas Denny dan Rizal di kutub berbeda. Rocky bermetamorfosis menjadi apa yang disebut Antonio Gramsci sebagai "intellectual organic".
Rizal Mallarangeng adalah pioneer ideology liberalisme di Indonesia. Denny JA sedang membangun reputasi sebagai "Bapak Meme Nasional". Keduanya orang cerdas.
Di media sosial, sudah lama ada adagium, "orang pintar jadi dungu saat nyebong".
Paling kronis, Denny dan Rizal mempersoalkan "akal sehat". Mereka sedikit gusar manakala berkembang sebuah understanding: Yang pro ko-ruf nomor 1 akalnya tidak sehat. Di situ salahnya Rocky Gerung.
Denny JA melihat cambridge dictionary online. Dia temukan "akal sehat" artinya "common sense". Bumbu filsafat dituang. Tetap saja, unpractical.
Fortunately, Denny dan Rizal tidak mempersoalkan sarkasme Albert Einstein yang mengatakan, "Common sense is the collection of prejudices acquired by age eighteen".
Akal Rocky kelihatan lebih sehat saat menolak kritik Prabowo dan oposisi. Beda dengan Denny dan Rizal, dia mem-pratikkan apa yang dikatakan filsuf moral Henri Frederic Amiel; "Common sense is calculation applied to life".
Kalkulasi Rocky dan semua orang yang berakal sehat menyimpulkan Jokowi harus diganti. Salah satu variable alasannya seperti yang dikristalisasi Eep Saefullah Fatah dengan terminologi: krisis otentisitas, gagal kebijakan, krisis representasi.
"Common sense is in spite of, not as the result of education," kataVictor Hugo. Fenomena Denny JA dan Rizal Mallarangeng yang kuliah di luar negeri membenarkan analisa Victor Hugo.
Jokowi dan para cabals di sekitarnya adalah bagian dari "the powers that be". Kritik terhadap presiden merupakan tradisi politik demokrasi. Karena presiden diberi otoritas merilis policy dan digaji oleh rakyat.
Di situ, kritik kepada Prabowo menjadi tidak relevan.
Sebagai Pax Americana worshiper, Denny dan Rizal sebaiknya re-read apa yang dikatakan Presiden Theodore Roosevelt, "To announce that there must be no criticism of the President, or that we are to stand by the President, right or wrong, is not only unpatriotic and servile, but is morally treasonable to the American public".
Bila akal sehat itu tidak juga ketemu, mungkin makan keong sawah dan cacing makarel bisa dicoba. Hmm, jadi inget dua menteri negara dalam Kabinet Jokowi ya?
Penulis: Zeng Wei Jian