Di dalam ajaran Islam, umatnya diyakinkan oleh Allah, bahwa manusia memang bisa berbuat makar atau rekayasa atau tipu daya atau konspirasi secanggih apapun. Tapi jika makar dari musuh-musuh Allah menimpa umat Islam, maka pada ujungnya Allah menjamin. Umat Islam dianjurkan jangan khawatir, karena secanggih apapun makar dari manusia, masih kalah jauh dibanding makar dari Allah. Silahkan Anda cermati Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 54 / 119 - 120.
Allah SWT dengan makar-Nya berkenan menyelamatkan Nabi Isa AS. Kaum Bani Israil yang hendak membinasakan Nabi Isa AS (karena mendakwahkan tauhid), mengalami kegagalan total. Allah SWT dengan makar-Nya berkenan menyelamatkan Nabi Muhammad SAW. Kaum Kafir Quraisy yang hendak membinasakan Nabi Muhammad SAW (karena mendakwahkan tauhid), mengalami kegagalan total.
Sekarang ini memang tak ada Nabi Isa AS dan tak ada Nabi Muhammad SAW. Tapi dakwah tauhid tetap ada. Maka barang siapa yang mengerahkan segala macam makar yang secanggih apapun untuk meredupkan dan mematikan dakwah tauhid, maka insya Allah makar Allah pasti akan turun ke bumi. Apakah upaya peredupan dakwah tauhid itu ada di Tanah Air kita? Silahkan simak, renungkan, dan analisa dengan fikiran serta hati yang jernih! Apa makna di belakang upaya penghapusan kolom agama pada KTP, upaya penghapusan pelajaran agama, upaya penghapusan undang-undang syari'ah, upaya mengakui penyimpangan elgebete, dan lain-lain?
Maka absah adanya jika sebagian umat Islam membaca polah tingkah Tim Kampanye Nasional Joko Widodo - Amin Makruf belakangan ini dalam bingkai "makar para peredup dakwah tauhid versus makar Allah". Pertama, bagaimana upaya TKN membangun citra capres 01 sebagai figur yang peduli terhadap para korban tsunami Banten. Tapi ternyata rekayasa pencitraan itu terbongkar. Akibatnya citra capres 01 menjadi sedemikian lucunya. Giliran berikutnya malah cemoohan yang didapat. Karena TKN justeru dianggap tak punya empati terhadap penderitaan para korban tsunami. Alangkah biadabnya, lokasi terpapar tsunami malah dijadikan arena syuting pencitraan.
Ke dua, bagaimana upaya TKN membangun citra capres 01 sebagai figur yang peduli terhadap ulama atau aspirasi umat Islam. Bentuk kongkretnya, petahana (capres 01) akan membebaskan TANPA SARAT Abu Bakar Ba'asyir. Namun apa yang terjadi kemudian? Internal TKN dan internal kabinet malah saling "sikut" dan "baku-pukul". Bidang advokasi dan hukum TKN, Rasman menyerang Yusril Ihza Mahendra advokat Joko Widodo (presiden dan petahana). Karena Yusril dianggap over acting. Kemudian menteri hukum pertahanan keamanan dan HAM, Wiranto menganulir pernyataan bossnya di depan publik, dengan kata-kata, "Presiden jangan grasa-grusu". Ini pertunjukan pengelolaan negara dengan cara amatiran yang kekanak-kanakan.
Ke tiga, bagaimana capres 01 menuduh kubu Prabowo - Sandi menggunaka konsultan asing dan menerapkan strategi kampanye "propaganda Rusia". Dengan perihal konsultan asing, TKN menuduh bahwa kubu Prabowo adalah anthek asing. Di samping itu, TKN sekaligus menepis tuduhan, bahwa capres 01 bukan anthek asing. Dengan perihal "propaganda Rusia" TKN menuduh kubu Prabowo produsen hoax, dan kemudian menuduhkannya kepada pihak lawan. Di samping itu, TKN hendak mencitrakan diri sebagai korban strategi kampanye "propaganda Rusia".
Alih-alih publik percaya. Publik kurang antusias merespon lontaran yang jauh dari kebutuhan riil rakyat. Malah beberapa kalangan menyebut, bahwa itu strategi "propaganda lebay". Yaitu mengaku berulang-ulang sebagai korban. Dan mereka menganggap, bahwa figur capres 01 telah berubah dan sekedar mengikuti skenario TKN. Setidaknya, publik yakin bahwa ini sekedar jurus kampanye MALING TERIAK MALING belaka. Maling ala Rusia atau maling ala Nusantara? Apa sih bedanya? Yang jelas, berikutnya TKN yang notabene petahana, diprotes keras oleh Duta Besar Rusia. Lagi-lagi TKN jadi kelimpungan sendiri.
Nah, belakangan ini TKN menuduh kubu Prabowo - Sandi mengadu domba Rusia dengan Indonesia. Maka publik jadi bertanya-tanya, "Siapa sih yang sebenarnya menerapkan strategi propaganda Rusia?" Setidaknya ketiga contoh di atas bisa menjadi gambaran, bahwa makar Allah benar-benar ada mengejawantah. Berdasarkan Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 54 / 119 - 120, umat Islam sangat yakin, bahwa Allah SWT pasti berkenan hendak membongkarnya. Tunggu saja tanggal mainnya! Insya Allah...
Wa-ALLAHU a'lam bishshawwab...
(Oleh : Budi Nurastowo Bintriman)