[PORTAL-ISLAM.ID] Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mengaku memang 'anak mami' seperti yang dituduhkan lawannya. Sandi mengaku tidak tersinggung dengan tudingan tersebut. Bahkan Sandi bangga sebagai anak mami.
"Kalau dikatain anak mami, memang anak mami. Masa anak tetangga," kata Sandi di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (13/2/2019, seperti dilansir CNNIndonesia.
Sebelumnya, ibu Sandi, yakni Mien Uno meminta pihak yang menuduh anaknya bersandiwara saat kampanye agar meminta maaf langsung kepada dirinya. Alih-alih meminta maaf, kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli justru menyebut Sandi sebagai 'anak mami'.
"Kalau dituduh yang macam-macam ya saya dengan bangga bahwa saya memang anak ibu saya. Semua yang saya lakukan demi ridho ibu saya," ucap Sandi.
Sandi menjelaskan bahwa ibunya kini telah berusia 77 tahun. Dia mengatakan sejak kecil diasuh oleh sang ibu. Saat dewasa, Sandi mengaku senantiasa meminta rida sang ibu sebelum melakukan segala hal.
"Saya masuk politik juga meminta izin ridho dari ibu saya," tuturnya.
Sandi mengaku sudah sulit untuk tersinggung ketika diserang berbagai tuduhan oleh lawan. Dia menyatakan tidak akan terbawa perasaan meski tudingan dari lawan bernada negatif. Termasuk soal 'anak mami'.
Menurut Sandi, tudingan tersebut adalah bagian dari konsekuensi yang harus ditanggung dirinya ketika terjun ke politik. Di sisi yang lain, kata Sandi, terjun ke politik juga kesempatan untuk memperjuangkan kepentingan ibu-ibu.
Sandi lantas menyinggung soal ibu-ibu di seluruh Indonesia. Dia mengatakan menjadi cawapres juga bertujuan untuk membahagiakan ibu-ibu di seluruh Indonesia.
"Saya berjuang untuk ibu-ibu di seluruh Indonesia. Saya ingin mereka bahagia," kata Sandi.
Apa yang disampaikan Sandi selaras dengan apa yang disabdakan Nabi SAW.
Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)