Figur & Kebutuhan Zaman
Figur dibutuhkan untuk setiap ekselerasi pergerakan. Dia selalu, adalah orang yang paling dominan dalam segi ide, paling sedikit dari segi jumlah, bahkan kadang hanya satu. Karena yang namanya mesin, pasti lebih kecil dari pada benda yang digerakkan. Lihat kereta itu! Ada belasan gerbong dan hanya dibutuhkan satu mesin. Kereta bergerak melaju kencang.
Figur selalu dibutuhkan untuk menggerakkan regenerasi sebuah organisasi. Dia selalu, adalah orang yang berkewajiban melahirkan figur-figur baru agar kereta tetap melaju kencang, meskipun ada pergantian masinis berkala waktu.
Figur itu dibutuhkan, figuritas yang dilarang. Mengidolakan figur itu penting, agar ada energi yang membangkitkan semangat di jiwa. Itulah kenapa, Rasulullah dijadikan sebagai qudwah hasanah, karena kita butuh figur nyata yang perlu diteladani.
Dua setengah tahun kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz berjalan, tidak ditemukan penerima zakat, Baitul Mal kebingungan menyalurkan karena tak ada lagi warga miskin (mustahik). Apakah beliau pemain tunggal? Tentu tidak. Tapi menjadi figur.
Dalam pergerakan Budi Utomo itu, ada nama Dr. Wahidin Sudirohusodo, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Soeraji. Dan tentu, ada mahasiswa STOVIA lainnya yang juga berperan. Tapi kita lebih banyak mengingat satu nama: Dr. Soetomo. Karena beliau figur, dan itu dibutuhkan untuk melakukan ekselerasi pergerakan.
Jika tak ingin ada figur sentral, lahirkanlah figur pembanding. Jika tak mampu melahirkan figur alternatif, pertimbangkanlah ulang, agar tak mudah menghakimi orang-orang yang mengidolakan seseorang.
Zaman selalu menuntut akselerasi, karena tantangan dalam dakwah selalu berubah setiap harinya. Maka, lahirnya orang-orang yang mampu membangun personal branding sebagai central leading dan terkadang, terkesan one man show, itu dibutuhkan.
Tugas selanjutnya adalah, bagaimana agar tercipta iklim yang baik, untuk tumbuh jamur-jamur baru. Mumpung lagi musim hujan.
(Ale Ikhwan Jumali)