[PORTAL-ISLAM.ID] JAKARTA - Mustakil Sanayici ve Isadamlari Dernegi (Musiad) atau Asosiasi Pebisnis dan Industri Independen asal Turki sedang mengkaji kemungkinan membuka kantor perwakilan di Jakarta, Indonesia.
Presiden Komite Organisasi Luar Negeri Musiad, Ibrahim Uyar, mengatakan saat ini Musiad sudah memiliki kantor perwakilan di 91 negara, dan Indonesia akan menjadi negara ke 92.
Untuk mewujudkan keinginan tersebut, Ibrahim dan jajaran delegasi dari Musiad telah berkunjung ke Komite Ekonomi dan Industri Nasional Indonesia (KEIN) dan Gubernur DKI Jakarta pada Selasa (15/1/2019).
“Meskipun sama-sama negara Muslim, tapi belum berdampak pada kerja sama ekonomi kedua negara (Indonesia dan Turki),” jelas Ibrahim kepada Anadolu Agency.
Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, pada tahun 2017 total volume perdagangan kedua negara masih sangat rendah yakni hanya USD1,7 miliar.
Volume perdagangan tersebut menurut Ibrahim, masih dapat ditingkatkan.
Asosiasi yang berdiri tahun 1990 tersebut ingin menciptakan peluang kerja sama bagi para pelaku bisnis di kedua negara. Ibrahim menilai Indonesia adalah negara yang penting di ASEAN begitupun Turki adalah negara yang penting di Eurasia.
“Kedua negara punya kapasitas untuk meningkatkan kerja sama bisnis dan ekonomi,” tambah dia.
Meskipun secara politik hubungan antara Indonesia dan Turki sangat baik, namun Ibrahim menilai hubungan ekonomi kedua negara sangat perlu ditingkatkan.
“Kita bisa menjadikan perusahaan Turki dan Indonesia bermitra untuk peningkatan kerja sama,” lanjut Ibrahim.
Beberapa sektor kerja sama yang mungkin ditingkatkan oleh kedua negara menurut dia, antara lain pertahanan, energi, dan agrikultur.
Ibrahim juga mengatakan tertarik untuk bekerja sama dalam pengembangan kopi dengan membuka sekolah kopi di Indonesia karena Indonesia adalah salah satu negara dengan kopi terbaik di dunia dan masyarakat kedua negara juga gemar minum kopi.
Musiad ungkap Ibrahim, siap membawa perusahaan Turki masuk dan berinvestasi di Indonesia. Selain itu, dengan adanya kantor perwakilan di Indonesia, Ibrahim berharap dapat mendorong percepatan perundingan Indonesia-Turki Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA).
“Kita tidak ada intensi politik. Ini murni untuk kepentingan dagang dan ekonomi,” tegas Ibrahim.
Gayung Bersambut
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir menyambut baik keinginan pengusaha Turki meningkatkan kerja sama ekonomi dan bisnis dengan Indonesia.
“Kita ada intensi kerja sama dengan Turki, khususnya alutsista untuk suplai militer,” jelas Soetrisno.
Sebagai institusi, Soetrisno mengatakan KEIN mengundang investor untuk berinvestasi membangun pabrik manufaktur untuk kemudian produksinya nanti dapat dijual kembali ke negara sekitar karena posisi Indonesia sangat strategis.
“Kita ada buruh yang tidak terlalu mahal upahnya. Kita juga sudah membuat 16 paket regulasi untuk mempermudah bisnis di Indonesia,” imbuh dia.
Soetrisno juga berharap semakin banyak investor Turki yang berinvestasi ke Indonesia. Selama ini investasi di Indonesia masih didominasi China, Korea, dan Jepang.
“Belum ada negara Muslim yang berinvestasi. Timur Tengah lebih banyak berinvestasi di Malaysia dan bukan di Indonesia,” ujar Soetrisno.
Indonesia menurut dia, membutuhkan investasi dari negara Muslim untuk mengembangkan industri halal khususnya di sektor makanan minuman, kosmetik, tekstil, keuangan, dan pariwisata.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan Indonesia dan Turki sudah bersaudara dan bersahabat sejak lama. Hubungan ini menurut dia, tidak akan berubah namun perlu diperkuat.
“Indonesia dan Turki adalah dua negara Muslim yang demokratis dengan kesejahteraan ekonomi yang terus berkembang. Keduanya menghadapi tantangan yang sama pada isu kesejahteraan dan kesetaraan,” ungkap Anies. (Anadolu)