[PORTAL-ISLAM.ID] Guru Besar Fakultan Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia Rhenald Kasali menganggap pengambil alih sebagian besar saham PT Freeport Indonesia merupakan langkah berani yang diambil Joko Widodo.
Dia mengatakan, banyak pihak mengatakan bahwa Freeport memang sudah saatnya beralih ke tangan Indonesia karena kontraknya akan habis 2021. Namun, ia menilai pemimpin sebelumnya tak ada yang secara tegas bersikap untuk merebut Freeport untuk dikuasai Indonesia.
"Ide itu murah karena tak berisiko apa-apa, tetapi implementasi itu mahal karena yang menjalankan akan babak belur," ujar Rhenald dalam keterangan tertulis, Sabtu 22 Desember 2018.
Rhenald mengatakan, pihak yang berada di luar lingkaran pengambil kebijakan akan menilai merebut Freeport merupakan hal yang mudah. Namun, risiko yang diterima tak hanya dari dalam, tapi juga tekanan dari luar. Nyatanya, kata Rhenald, begitu Jokowi mulai mengeksekusi rencana mengambil sebagian besar saham PTFI, pusat pemerintahan terus digoyang.
"Amerika marah besar bahkan sempat kirim pasukan yang merapat di Australia. Namanya juga negara adikuasa. Pakai psy war adalah hal biasa dalam mengawal kepentingannya," kata Rhenald seperti dilansir Kompas.
Pernyataan Rhenald justru mengundang tanggapan dari mantan menko Kemaritiman Rizal Ramli.
Rizal mengungkap justru deal tersebut supaya Jokowi dapat dukungan jelang pilpres.
"Wah teman saya @Rhenald_Kasali, ahli marketing lagi nyamar jadi ahli geostrategis ππ πjustru Jkw deal cepat dgn Freeport spy dapat dukungan Amerika jelang Pilpres," tulis Rizal di akun twitternya, Kamis 27 Desember 2018.
Wah teman saya @Rhenald_Kasali, ahli marketing lagi nyamar jadi ahli geostrategis ππ πjustru Jkw deal cepat dgn Freeport spy dapat dukungan Amerika jelang Pilpres.https://t.co/GpWNAQ6IFY— Dr. Rizal Ramli (@RamliRizal) December 27, 2018