[PORTAL-ISLAM.ID] Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan dia dan pasangannya Prabowo Subianto akan tetap membangun infrastruktur bila terpilih nanti. Tapi bedanya dengan pemerintah saat ini, dia berjanji tidak akan berutang.
Menanggapi itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mendukung hal tersebut jika memang benar diterapkan. Sebab, kebijakan tersebut membuat perekonomian dan keuangan Indonesia dipandang sehat.
"Yang pertama kita hargai ya bahwa concern mengenai utang itu selalu disampaikan, karena itu menjamin bahwa Indonesia ingin kita semua memiliki perekonomian dan keuangan negara yang sehat, di mana utang semakin kecil. Itu saya sangat menghargai sekali," kata Sri Mulyani di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (10/12/2018), seperti dilansir detikcom.
Sri Mulyani menceritakan, komitmen pemerintahan kabinet kerja dalam mengurangi utang pun sudah mulai dilakukan dan hasilnya bisa dilihat dari defisit APBN yang lebih kecil dari target.
Defisit anggaran biasanya kekurangan anggaran yang dibiayai oleh utang karena pendapatan lebih kecil dibandingkan anggaran belanja pemerintah.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebutkan outlook realisasi APBN 2018 untuk defisit anggaran akan berada di level 1,86% dari target yang ditetapkan sebesar 2,19%. Itu artinya dana utang untuk menutupi semakin sedikit.
Dengan adanya wacana calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua yang ingin membangun infrastruktur tanpa utang pun, kata Sri Mulyani, menandakan bahwa seluruh kontestan pemilihan presiden (Pilpres) 2019 memiliki agenda dan gagasan yang baik untuk perekonomian ke depan.
"Kalau Pak Prabowo sebagai kontenstan juga memiliki komitmen seperti itu maka akan meningkatkan confident terhadap ekonomi Indonesia, karena dalam hal ini Indonesia memiliki kandidat-kandidat presiden yang menginginkan APBN nya sehat dan akuntabel," jelas dia.
"Poin saya itu ide yang baik, kita hargai dan itu menimbulkan banyak sekali kemungkinan financing yang memang kebutuhan kita," sambung dia.
Sebelumnya, Sandiaga Uno menyatakan membangun infrastruktur tanpa utang sangat memungkinkan dan malahan sudah dilakukan sehingga tidak membebani anggaran negara. Mantan investor infrastruktur ini mengaku pernah menjalankannya dengan membangun beberapa proyek besar tanpa membebani uang rakyat.
“Saya pernah turut membangun infrastruktur jalan tol cipali 116 km, tidak memakai uang negara dan membebani utang untuk negara dan BUMN,” jelas Sandiaga Uno.
Menurut mantan wakil gubernur DKI ini, kuncinya melibatkan dunia usaha dan swasta. Bukan hanya BUMN dengan menggunakan APBN atau APBD.
“Di samping dana swasta murni, pemerintah juga dapat mendorong penguatan kemitraan antara pemerintah dengan swasta dalam skema PPP (Public Private Partnership). Skema PPP atau KPBU sudah ada dasar hukumnya, tetapi saat ini belum maksimal dalam implementasinya. Proyek-proyek insfrastruktur dengan skema PPP belum dioptimalkan sehingga banyak yang terlambat diputuskan,” jelas Sandi.
“Skema ini biasa didanai dengan system availability payment atau concession. Untuk memastikan tata kelola yang baik, good governance, skema ini juga bisa dilakukan dengan pola solicited atau unsolicited,” tambah Sandi.
“Saya pernah turut membangun infrastruktur jalan tol cipali 116 km, tidak memakai uang negara dan membebani utang untuk negara dan BUMN,” jelas Sandiaga Uno.
Menurut mantan wakil gubernur DKI ini, kuncinya melibatkan dunia usaha dan swasta. Bukan hanya BUMN dengan menggunakan APBN atau APBD.
“Di samping dana swasta murni, pemerintah juga dapat mendorong penguatan kemitraan antara pemerintah dengan swasta dalam skema PPP (Public Private Partnership). Skema PPP atau KPBU sudah ada dasar hukumnya, tetapi saat ini belum maksimal dalam implementasinya. Proyek-proyek insfrastruktur dengan skema PPP belum dioptimalkan sehingga banyak yang terlambat diputuskan,” jelas Sandi.
“Skema ini biasa didanai dengan system availability payment atau concession. Untuk memastikan tata kelola yang baik, good governance, skema ini juga bisa dilakukan dengan pola solicited atau unsolicited,” tambah Sandi.