[PORTAL-ISLAM.ID] Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menggelar pertemuan dengan Ketua Umum Gerindra sekaligus calon presiden Prabowo Subianto. Kritikus di Lereng Merapi Natalius Pigai memprediksi jalan Prabowo menapaki puncak tangga Pilpres kian pasti, terutama pertarungan di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
"Melihat hasil pertemuan Prabowo dengan SBY dan keluarga serta pengurus Partai Demokrat tentu membawa aura kemenangan bagi Pak Prabowo," kata Natalius kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat 21 Desember 2018 malam.
Pertemuan di kediaman SBY di Jalan Mega Kuningan Timur VII, Jakarta Selatan, itu berlangsung selama 3 jam. Tak sedikit petinggi Gerindra dan tim sukses Prabowo-Sandi ikut merapat. Pertemuan dalam rangka membahas strategi memenangkan Pileg dan Pilpres. SBY secara khusus menyebut partainya akan menggunakan strategi kembar agar pileg dan pilpres bisa sama-sama mendapat hasil maksimal.
Natalius memprediksi peta suara Pilpres di Jawa Tengah dan Jawa Timur bakal berubah. Usai pertemuan itu SBY bakal berperan menggembosi secara signifikan suara Jokowi di Malang, Ngawi, Madiun, Pacitan, Blitar, Sragen, Solo, Kartosuro dan Wonogiri. Selama ini wilayah yang dikenal dengan Mataraman ini diklaim sebagai basis suara Jokowi.
"Sudah bisa dipastikan terbagi dua antara Prabowo dan Jokowi. SBY adalah tokoh utama wilayah Mataraman yang masih disegani," kata Natalius.
Adapun Keresidenan Banyumas dan Bageleng yang meliputi Purwokerto, Tegal, Brebes, Banyumas, Kebumen, Cilacap dan daerah lainnya, menurut dia, akan menjadi basis Prabowo. Pertarungan tersisa di Keresiden Kedu yang merupakan basis santri. Wilayah ini meliputi Magelang dan Wonosobo di Jatim, Semarang, Demak, dan Rembang di Jawa Tengah.
"Namun jika dilihat secara cermat maka probabilitasnya perolehan suara Prabowo berpotensi besar karena suara Sutiyoso yang dikecewakan Jokowi di Gunung Pati, Semarang basis pemilih rasional. Demak dan Rembang mungkin Prabowo karena dukungan umat muslim dan ulama-ulama muslim," jelasnya.
Suara di Cepu, Grobogan dan Blora tentu saja akan beralih ke Prabowo. Natalius menyebut setidaknya ada dua pemicu: pembangunan pabrik Semen di Gunung Kendeng yang merusak ekosistem karst dan kehidupan budaya Samin yang berlangsung di era Gubernur Ganjar Prabowo dan Pemerintah Jokowi, dan peristiwa meninggalnya seorang petani Blora bernama Fatmi di saat melakukan aksi cor kaki di depan Istana Negara karena menolak pabrik semen tersebut.
"Dengan demikian Jawa Tengah Prabowo berpotensi unggul atau kedua capres imbang," tukas Natalius, mantan Ketua Komnas HAM kelahiran Papua dan cukup lama tinggal di Yogyakarta.
Sumber: RMOL