[PORTAL-ISLAM.ID] Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengapresiasi konsistensi Setara Institute membuat pemeringkatan Indeks Kota Toleran (IKT) yang dibuktikan dengan digelarnya IKT 2018.
Hasil Indeks Kota Toleran yang dirilis Setara Institute menyebut DKI Jakarta sebagai kota paling intoleran dari 94 kota di Tanah Air.
Tjahjo mengingatkan, masih banyak tantangan bangsa Indonesia setelah 73 tahun merdeka, di antaranya bukan soal sandang, pangan dan papan, melainkan radikalisme dan terorisme. Ancaman ini dinilai berat, dan karenanya perlu kerja sama berbagai pihak.
"Tantangan bangsa ke depan ini setelah 73 tahun merdeka, bukan kembali ke masalah sandang, papan dan pangan; tantangan yang pertama soal radikalisme, terorisme. Ini ancaman yang berat sekali. Mari bersama-sama, bukan tanggung jawab polisi dan TNI saja, tapi semua," kata Tjahjo di Jakarta, Jumat, 7 Desember 2018.
Masyarakat harus berani menentukan sikap dan mengidentifikasi kawan dan lawan dalam menghadapi gejala radikalisme dan terorisme. "Yang anti-NKRI, Pancasila, kemajemukan, anti-Bhinneka Tunggal Ika, itulah lawan kita," ujarnya.
Tantangan selanjutnya, kata menteri asal PDIP itu, memberantas narkoba, selain juga korupsi. Persoalan perencanaan anggaran, bantuan sosial perlu jadi perhatian bersama. "Tolong cermati ini soal perencanaan anggaran, dana hibah, bansos, pajak, mekanisme pembelian barang dan jasa," katanya.
Berikutnya ialah masalah ketimpangan sosial, tingkat kematian ibu hamil, gizi buruk anak, penyakit malaria, dan lain-lain.
Link: https://www.viva.co.id/berita/nasional/1101503-mendagri-anggap-masalah-radikalisme-lebih-berat-dari-pangan
***
TOLERAN INTOLERAN ternyata "jualan" paling laku di era rezim saat ini, sampai mengalahkan urusan pangan rakyat.
Ini tanggapan telak warganet...
"Urus blanko e ktp aja amburadul mau urus radikalisme," ujar @AgustinusWijay2.
"Setiap yang kritis terhadap Mukidi di bidik dengan kata radikal, intoleran , anti Pancasila dll. Modusnya sama inilah modus si Monyong putih... , Ketika ada yg bener2 anti NKRI & anti Pancasila di Papua cukup kata kelompok kriminal bersenjata itulah si Monyong putih kl berkuasa," komen @Lone_Hero_09.
Urus blanko e ktp aja amburadul mau urus radikalisme— gus kopi (@AgustinusWijay2) 7 Desember 2018
Pak menteri ini bagaimana to? Radikalisme tidak menyebabkan kelaparan. Tp kelaparan menyebabkan radikalisme— R.Wage Arozatun (@oufatudesain) 7 Desember 2018
Sakaawww jdi halusinasi .. pola pikir pejabat bgni yg bikin tatanan bernegara berantakan .. parah— duka lombok & sulteng (@kyai_birawa) 8 Desember 2018
Rezim Sontoloyo... gak tau dan gak faham permasalahan....— Duren (@duren2017) 8 Desember 2018
Selalu berusaha memutar balikan fakta...
Kalo kepalanya ude gak bener, kebawahnya semua rusak— Kochrowi Koko™ (@kochrowi_koko) 7 Desember 2018
Setiap yang kritis terhadap Mukidi di bidik dengan kata radikal, intoleran , anti Pancasila dll. Modusnya sama inilah modus si Monyong putih... , Ketika ada yg bener2 anti NKRI & anti Pancasila di Papua cukup kata kelompok kriminal bersenjata itulah si Monyong putih kl berkuasa.— Adil itu Langka (@Lone_Hero_09) 7 Desember 2018