MEMBANGUN TANPA UTANG
By Wendra Setiawan
Ketika janji kampanye Membangun Tanpa Utang ini disampaikan oleh Sandiaga Uno, pendukung sebelah, baik yang senior maupun yang junior tertawa terbahak-bahak. Persis ketika janji menghentikan reklamasi, menutup Alexis, dan ide rumah DP 0 dilontarkan oleh Anies-Sandi, mereka juga sinis dan pesimis.
Tapi terbukti, sekarang reklamasi sudah dihentikan, Alexis di DKI ditutup dan pindah ke Bali beserta para ledies-nya, dan rumah DP 0 sudah terealisasi (bahkan sekarang dicontoh pemerintah Jokowi). Sebagian mereka yang dulu sinis, sekarang ikut mengajukan DP 0 ke Pemprov DKI. Hehe..
Sepertinya mereka ini tidak bisa membedakan, antara membangun tanpa utang, dengan bernegara tanpa utang. Beginilah jika tubuh kurang nutrisi dan otak kurang literasi.
Bisakah kita membangun tanpa utang?
Sulit, tapi bisa!
Menurut Menkeu Sri Mulyani, ada sekitar 27% wajib pajak yang belum patuh membayar pajak. Jika digali lebih serius lagi, mungkin angkanya bisa mencapai sekitar 35%.
Kita ambil angka damai saja, 30%!
Realisasi penerimaan pajak hingga 31 Oktober 2018 mencapai 1.061 triliun. Jika yang 30% bisa "dipaksa" untuk membayar pajak, minimal negara bisa menarik 100 triliun lagi dari WP.
"Angka 100 triliun dari mana?" Panjang kalau diceritain. Bisa lebih kalau para pengusaha dirangsang dengan iming-iming mendapat kemudahan akses perbankan jika pajak dibayar.
Belum dari cukai impor yang masih bolong-bolong, karena masih banyak barang black-market yang berkeliaran di dalam negeri. Belum penghasilan pajak dari transaksi e-commerce. Belum dari deviden yang harus dibayar BUMN ke negara (sekarang ini hampir semua BUMN merugi dan banyak utang, karena dikelola secara amatiran oleh para relawan yang diangkat jadi komisaris). Belum dari penjualan hasil bumi dan kekayaan alam. Belum dari kebocoran akibat korupsi. Belum dari lain-lain.
Defisit APBN setiap tahun selama 4 tahun ini selalu mencapai angka 300 triliun rupiah, sehingga pemerintah terpaksa menutup defisit ini dengan utang. Jika pendapatan negara bisa dimaksimalkan dan semua kebocoran bisa ditambal, kemungkinan besar pemerintah tidak perlu utang lagi untuk menyeimbangkan APBN.
Sandi itu seorang ekonom yang penuh perhitungan secara teliti. Kalau dia ceroboh, tentu dia tidak akan menjadi pengusaha sukses, dan dia juga tidak akan menang di Pilgub 2017 kemarin, melawan salah satu paslon yang didukung kekuatan kekuasaan dan dana yang tidak terbatas.
Ketika melontarkan janji membangun tanpa utang ini, tentu semua aspek sudah ia perhitungkan dengan matang.
Bedalah dengan cara berpikir sebelah.
"Dananya ada,"
😂😂😂