[PORTAL-ISLAM.ID] "MENURUT WHO," kata kiai Ma'ruf Amin, "Usia saya paruh baya, bukan tua".
Novelist George R.R. Martin (A Game of Thrones-A Song of Ice and Fire)menyatakan, "Most men would rather deny a hard truth than face it."
Denny JA dan teman-temannya membangun narasi ilusif menyetarakan kiai Ma'ruf Amin dengan Datok Tun Mahathir Muhammad. Sekilas ada benarnya. But somehow, it does not feel right. Rasanya ada yang keliru. Similar but not the same.
Jokowi is in trouble. Janji-janji kampanye 2014 seperti buka 10 juta lapangan kerja, dolar 10 ribu, stop import, stop utang, tidak naikan BBM dan sebagainya tidak terealisasi.
Pengikutnya berkilah. Ngeles. Alasan ini itu. Bikin ilfeel. Masalahnya kenapa obral janji at the first place.
Karena lemah di masalah "obral janji", mereka dongkrak tema infrastruktur. Abis-abisan ngibulnya. Menurut Kwik Kian Gie, pola infrastruktur pemerintah ngawur. Tidak tepat sasaran. Ada daerah tidak terlalu butuh jalan tol, tapi dipaksakan dibangun.
"Faktor-Ma'ruf" merupakan closing statement kehancuran Jokowi di Pilpres. Canggih Cak Imin. Nantinya dia bisa berkata, "see I told you." Jika cawapresnya bukan Muhaimin Iskandar, Jokowi kalah.
Yes indeed, kiai Ma'ruf Amin lebih muda dari Mahathir. Tapi aneh, Mahathir tampak lebih fresh dan sanggup criss-crossing berkampanye di pelosok negeri. Dia ikut aksi demonstrasi dan 'candlelight vigils'. Orasinya keras melawan status quo. Hebat. Keren. Awesome. Dia rilis spirit Anti-Beijing tanpa tendensi rasisme Anti-Tionghoa.
Aktivitas, usia dan staminanya bersifat inspiratif. Secara khusus, Harian The Strait Times menayangkan topik ini. Di mana-mana Tun Mahathir Muhamad jadi perhatian.
Sekali pun demikian, Tun Mahathir mengakui tidak benar-benar sehat. Dia ngga bohong, menyangkal atau pura-pura 100 persen prima.
"Maybe, I am like a monkey," katanya. "I am not completely healthy. I had heart problems, I had some pneumonia at one time and I have periods when I get bad coughs when the lungs get infected."
Nah, di sini beda antara kiai Ma'ruf dan Tun Mahathir Muhammad.
Penulis: Zeng Wei Jian