[PORTAL-ISLAM.ID] Rencana Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno memindahkan posko pemenangan ke Jawa Tengah (Jateng) agaknya membuat risau Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin. Pasalnya Jateng sejak dulu dikenal sebagai kandang banteng alias basis massa PDIP.
Kerisauan TKN Jokowi-Ma’ruf cukup beralasan. Tengok saja saat Pilkada Jateng, jago cagub-cawagub koalisi PDIP Ganjar Pranowo- Taj Yasin yang digadang-gadang mayoritas lembaga survei saat itu sanggup meraup 70 persen suara, nyatanya hanya sanggup mengantongi 58,78 persen.
Duet Sudirman Said-Ida Fauziah yang disokong Partai Gerindra cs memang kalah. Namun perolehan suaranya di luar dugaan. Keduanya mengantongi 41,22 persen. Hasil ini dinilai cukup fantastis, karena pertarungannya terjadi di kandang banteng.
Dengan adanya posko pemenangan Prabowo-Sandi di Jateng, di Pilpres 2019 bukan tidak mungkin bakal ada kejutan. Memang saat ini duet Sudirman Said-Ida Fauziah pecah. Sudirman tetap satu perahu dengan Prabowo, Ida Fauziah memilih mendukung Jokowi.
Posko Prabowo-Sandi berada di kawasan Klodran, Colomadu, Karanganyar. Bangunan yang akan menjadi posko merupakan bekas swalayan 'Nova'. Lahan dan gedung ini milik Agus Sahid, caleg dari Gerindra. Karena telah sering digunakan untuk acara Gerindra, area ini juga telah dipasangi aneka atribut kampanye Prabowo-Sandi. Setelah ada posko pemenangan di sana, seberapa yakin tim Prabowo-Sandi bisa memenangkan pertarungan di kandang banteng? Dan apa saja langkah yang akan diambil tim Jokowi-Ma’ruf untuk mempertahankan kemenangan di sana? Berikut penuturan Direktur Materi Debat dan Kampanye BPN Prabowo Subianto -Sandiaga Uno, Sudirman Said dan Direktur Program TKN Jokowi-Ma'ruf, Aria Bima.
Kenapa BPN Prabowo-Sandi memutuskan untuk memindahkan posko ke Jateng?
Begini, mula-mula kan itu adalah aspirasi dari para relawan. Mereka bilang, kenapa enggak di Jawa Tengah sebagai posko. Karena kami sadar, di Jawa Tengah yang gap-nya masih lebar. Makanya kami rapat di suatu tempat di Jawa Tengah, akhirnya diputuskan Januari kami pindah markas perjuangan ke sana.
Poskonya akan didirikan di semua kota?
Soal itu saya belum tahu pasti. Kami mikirnya sih, ya udah di tempat-tempat yang ada bandara, sehingga akses ke Jakarta cepat, kemudian posisinya bisa di tengah supaya bisa masuk ke kabupaten-kabupaten. Jadi bisa di Semarang, bisa di Solo, mungkin di Magelang Tapi dalam prosesnya ternyata kami dapat tawaran dari berbagai kota. Itu tawarannya datang hampir dari seluruh penjuru. Ya sudah kalau begitu, nanti modelnya gerilya saja. Misalnya kami punya posko di setiap keresidenan. Jadi kalau lagi muter di Solo Raya, ya mungkin home base-nya bisa di Surakarta.
Kalau lagi muter di sekitar (keresidenan) Kedu (mencakup Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Temanggung, Kebumen, Purworejo dan Wonosobo), home base-nya bisa di sekitar Magelang, Kebumen, atau di Wonosobo barangkali. Jadi pemikiran terakhir akan begitu, dan kami sedang matangkan proses ini. Insya Allah dalam waktu dekat, posko pertama entah itu di Solo, di Semarang, atau di mana bisa segera diresmikan.
Lantas berapa target perolehan suara di sana?
Kali ini targetnya sekitar 50 persen. Kalau pilgub kemarin saya kan perolehannya sekitar 40 persen. Kontribusi Jawa Tengah untuk pemenangan nasional itu sangat signifikan, jadi kami juga ingin di Jawa Tengah ada perubahan. Apalagi 21 dari kabupaten/kota di sana itu, kepala daerahnya kena perkara korupsi, dan itu berdampak ke kondisi ekonomi. Dan dari 21 itu, 15 di antaranya dari satu partai politik yang disebut mendominasi. Kalau mendominasi, berkontribusi, dan bisa memberikan yang terbaik itu bagus-bagus saja. Tapi kalau mendominasi menyebarkan contoh buruk, berprilaku korupsi menurut saya bukan sesuatu yang layak diteruskan. Karena itu kami berkepentingan supaya Jawa Tengah berubah.
Yakin bisa meraih 50 persen suara?
Insya Allah. Waktu pilkada semua survei mengatakan perolehan suara saya cuma sekitar 12-15 persen, tapi ternyata hasilnya mengejutkan. Dengan rendah hati saya ingin mengaku bahwa, itu semata-mata bukan kerja kami berdua, atau partai politik, tetapi itu hasil dari masyarakat juga. Kenapa begitu? Karena Bu Ida (Fauziah) masuk belakangan, kemudian dalam prosesnya kami memperoleh banyak tekanan dan ketidakadilan. Waktu itu kami sempat berkali-kali gagal kampanye, yang menyebabkan sosialisasi tidak maksimal. Lalu iklan radio dan televisi yang direncanakan sangat minim ditayangkan, karena gagal lelang juga. Terus ketika di akhir sedang menghimpun dana untuk konsumsi saksi, masih diganggu dengan teror. Jadi dengan ini semua saya ingin mengatakan, kerja kami tidak maksimal. Tapi bisa (memperoleh dukungan 41,22 persen). Itu karena apa? Karena tadi itu adalah sikap masyarakat yang ingin berubah.
Ida Fauziah mantan cawagub Anda kan saat ini menjabat sebagai Direktur Penggalangan Pemilih Perempuan TKN Jokowi-Maruf, praktis berhadapan dengan Anda. Dengan realitas itu apa Anda masih yakin Prabowo-Sandi bisa mengimbangi kekuatan Jokowi di Jawa Tengah?
Jadi menurut saya perolehan suara saya waktu itu lebih karena masyarakat Jawa Tengah. Saya tidak tahu seberapa besar dari faktor saya dan Mbak Ida. Memang tidak akan mudah. Karena itu kami berjuang untuk menang di Jawa Tengah.
Jateng itu kan terkenal sebagai 'kandang banteng'. Itu bagaimana?
Hasil survei menyatakan, 41 persen masyarakat di Jawa Tengah menginginkan perubahan. Jadi itu yang membuat kami optimistis. Bahwa boleh saja secara tradisional itu punya, atau diklaim oleh warna tertentu. Tapi jangan lupa, politik itu dinamis.
Lagi pula Pak Prabowo juga punya basis kultural di Jawa Tengah kok. Selain itu, jaringan akar rumput yang mendukung pasangan Prabowo-Sandi semakin militan di sana. Bahkan beberapa kabupaten di Jawa Tengah memiliki simpul jaringan hingga ke tingkat desa.
Bagaimana tanggapan TKN soal pemindahan posko Prabowo-Sandi di Jateng?
Ini sudah berapa bulan ya disampaikan ke publik, toh juga tidak ada tanda-tanda pemindahan. Sejauh ini saya tidak melihat ada keseriusan mau pindah. Kayaknya enggak bener itu. Pak Sandi ini kayaknya ngomong doang, sebenarnya enggak ada pemindahan. Jangan terlalu banyak bikin statmenlah.
Kabarnya Januari 2019 lho mereka siap resmikan poskonya di Jateng..
Ya kalau mau pindah Januari, cepatlah pindah. Kami enggak mempersoalkan kepindahan itu. Kami di Jawa Tengah dengan seluruh mesin yang ada, baik caleg, partai, relawan semua akan bekerja secara maksimal dengan ada atau tidaknya posko. Jawa Tengah tetap akan mengejar target perolehan suara yang maksimal, terlepas ada atau tidaknya posko itu. Tapi sejauh ini saya lihat kok ngomong doang, ada bunyinya tapi enggak ada aktivitas pembangunan poskonya. Saya sudah terlalu banyak mengomentari poskonya Sandi, sudah satu bulan tidak ada aksinya jadi percuma. Jadi saya minta relawan, caleg, anggota partai, tim nasional, dan TKD Jawa Tengah enggak perlu mikirin itu lagi. Karena sampai sekarang kan juga belum melihat tanda-tanda pemindahan poskonya.
Kalau ternyata tetap jadi bagaimana?
Ya kalau pun ada itu tidak akan mempengaruhi kinerja kami. Januari itu sudah waktunya semua bekerja, baik itu caleg dari partai di Jawa Tengah, relawan, TKD-TKD kabupaten/kota, dan para kepala daerah semuanya bekerja. Dan kebetulan 10 kepala daerah di Jawa Tengah itu kebetulan pendukung Pak Jokowi. Jadi pengaruhnya cukup kuat, kami yakin tidak ada jalan masuk lagi. Makanya menurut saya tidak perlu ditanggapi lagi, toh sebenarnya enggak ada realisasinya di Jawa Tengah. Sandi sudah berhitung diri lah, terlalu sulit nembus Jawa Tengah. Jadi saya tidak melihat ada pemindahan posko, kecuali hanya statement yang menurut saya omdo (omong doang). Enggak mungkin Sandi berani bikin posko di Jawa Tengah.
Meski poskonya di Solo dan dekat kediaman Presiden Jokowi tetap enggak masalah?
Mau 2 kilometer atau di sebelahnya juga enggak masalah. Dia mau bikin sebelah rumah Pak Jokowi enggak masalah. Buat kami malah bagus, biar Pak Sandi belajar berpolitik dan berdemokrasi ala Solo, dan ala Jawa Tengah itu seperti apa. Sandi perlu belajar berdemokrasi yang bermartabat di Jawa Tengah, apalagi di Solo. Di sana tidak ada hoax, tidak ada pernyataan penebar kebencian, dan fitnah.
BPN Prabowo-Sandi optimis meraih banyak suara di Jateng akibat pilgub kemarin. Bagaimana tanggapan Anda soal ini?
Enggak ada, itu suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) lewat Nadhatul Ulama (NU), karena Mbak Ida NU. Sekarang kan dia sudah pulang kampung. PKB tarik diri enggak ada suara itu. Enggak ada suara kalau dari Sudirman Said itu. Yang ada paling suara Gerindra-PKS di sana. Hitung saja perolehan suaranya.
Jadi menurut Anda enggak ada pengaruhnya ya tanpa PKB dan NU?
Iya, enggak ada dia. Perolehannya ya 12 persen gabungan PKS sama Gerindra itu. Kebanyakan kemarin itu NU sama PKB. Apalagi capresnya ini kan Kiai Ma’ruf, balik semua itu mereka ke sini. Mau Mustofa Bisri, mau Kiai Maimun, Habib Luthfi, mau Habib Anis, semua suara ke Kiai Ma’ruf. Jadi kedangkala analisis kalau menghitung perolehan suara pilkada karena Sudirman Said. Dia enggak hebat-hebat banget. Jadi lebih kepada karena konsolidasi NU. Memang apa alasan orang memilih Sudirman Said? Enggak punya track record. Ini rasional saja. Ini sama sulitnya sewaktu kami membawa Mbak Puti dengan platform Sukarnoisnya. Patern-nya itu Soekarnois-nya, bukan Mbak Putinya. Mbak Putinya enggak punya patern, enggak punya pola gerakan dia di sana.
Lalu kalau mereka jadi bangun posko di Jateng, berapa kira-kira perolehan suara kubu Anda?
Mau dia bangun atau tidak kami enggak ada urusan, itu enggak saya hitung. Saya hanya menghitung target kemenangan di Jawa Tengah, tanpa ada variabel posko. Tapi ada pun tidak pernah saya hitung, karena enggak akan terpengaruh. Karena infrastruktur pemenangan kami sudah lengkap. Dan enggak mungkin dia akan bangun di Jawa Tengah. Itu hanya untuk membuang konsentrasi kami saja. Yang benar itu di Jawa Barat sama Jawa Timur, bukan di Jawa Tengah. Tidak akan pernah ada pembangunan posko yang serius di Jawa Tengah. Itu hanya bangun opini saja.
Mereka mau bangun atau tidak target kami tetap. Mereka mau masuk dari mana, wong kami rapet. Mau bikin posko di depan rumah Pak Jokowi atau di bulan, sama saja enggak ada pengaruhnya. Teknologi sekarang sudah canggih. IT itu sekarang sudah digunakan untuk semua hal.
Sumber: RMOL