ADA APA DENGAN PRANCIS (1)
Oleh: Anis Matta
Rusuh demo tolak kenaikan BBM di seluruh Prancis dalam dua-tiga pekan terakhir adalah ledakan dari problem yang jauh lebih kompleks dan struktural.. Ketimpangan ekonomi dan “melelehnya gunung es” struktur kelas menengah..
Pemerintah Prancis memutuskan menutup semua pusat turis di Paris hari ini karena takut rusuh lagi, padahal kenaikan BBM sudah ditunda 6 bulan ke depan.. Tampaknya ini akan berlangsung lebih lama, akar problemnya jauh lebih dalam dan kompleks..
Kerusuhan Paris menambah daftar melelehnya “gunung es kelas menengah” yang berujung pada kemarahan sosial..
125 ribu orang turun ke jalan di seantero Perancis, 10 ribu orang melumpuhkan Paris.. 4 orang tewas, ratusan orang ditahan setelah aksi protes..
Ada apa dengan Perancis? Negara dengan PDB yang tinggi, sistem welfare (kesejahteraan) berjalan, pendidikan gratis, melahirkan filsuf & pemikir sosial terkemuka..
Yang terjadi adalah kontradiksi struktur ekonomi.. Negara kesejahteraan diongkosi pajak, tapi pajak yang tinggi sekarang menghambat perputaran ekonomi dan membebani rakyat..
Pajak di Perancis lebih dari 40%, tertinggi di Eropa, mungkin dunia.. Karena soal pajak itu, investor Perancis malah menanamkan modalnya ke Vietnam, Eropa Timur atau Afrika..
Karena terkait pajak itu pula, para industrialis Perancis “mengimpor” tenaga kerja rendahan dari Afrika dan Eropa Timur untuk menghemat ongkos produksi..
Tinggalah kelas menengah-bawah Perancis yang gamang, dibayang-bayangi pengangguran dan biaya hidup yang kian mencekik..
Sebagian mengeluh pendapatan mereka turun drastis, bahkan hanya cukup untuk hidup 15 hari..
Titik api kerusuhan adalah diterapkannya pajak BBM (fuel tax) atas nama reformasi ekologi..
Presiden Macron ingin mentransformasi energi Perancis ke arah non-fosil.. untuk itu bahan bakar fosil dipajaki untuk pembangunan energi hijau..
Ternyata kebijakan yang baik di atas kertas itu melahirkan respons yang berbeda.. kelas pekerja Perancis marah karena merasa diperas..
Yang diserang dalam kerusuhan adalah simbol-simbol negara seperti kantor pemerintahan bahkan monumen pahlawan.. Bagi pekerja Perancis, Macron adalah presidennya orang kaya..
Jika tidak ada langkah serius pemimpin Barat dalam meredam frustasi ini, dunia akan terbelah oleh kemarahan kelas pekerja..
Kesenjangan ekonomi harus bisa diatasi dan format baru negara kesejahteraan harus dirumuskan..
Macron sebagai pemimpin liberal terakhir di Eropa mendapat tantangan berat..
Nanti kita sambung dengan apa pelajaran yang bisa dipetik Indonesia dari peristiwa di Perancis dan Eropa pada umumnya dewasa ini..
(Dari twitter @anismatta 10 Desember 2018)