Akhirnya SBY Yakin Juga Prabowo Akan Menang
By Asyari Usman
(Wartawan senior)
Alhamdulillah, Pak SBY sekarang yakin bahwa Prabowo Subianto (PS) akan menang dalam pilpres 2019. Mantan presiden dua periode itu berjanji akan mendampingi Prabowo dalam kampanye mulai Januari hingga akhir Maret.
Inilah kesimpulan dari pertemuan antara SBY dan PS di Mega Kuningan, Jakarta, 21 Desember 2019.
Terus terang, saya melihat Pak SBY pada awalnya tidak yakin PS bisa mengalahkan Jokowi. Alasannya standar dan klasik. Beliau tak yakin PS bisa menang karena Jokowi itu petahana dan didukung oleh para taipan. Seperti biasa, SBY ragu.
Sekarang, tidak lagi. Hari Jumat kemarin dia mengundang PS untuk membicarakan berbagai hal, terutama strategi kampanye. SBY, kata para wartawan, terlihat senang. Banyak senyumnya. Tampak jelas keraguan itu telah hilang.
Disebutkan, SBY akan menjadi mentor kampanye PS. Kira-kira maksudnya akan menjadi ‘guru’ kampanye. Tentu tidak masalah. Wajar juga kalau mau disebut begitu. Soalnya beliau bisa menang dua kali pilpres dengan persentase besar.
Terus, mengapa SBY menjadi yakin PS akan menang setelah diawali dengan keraguan? Setelah diawali dengan ‘iya tidak, iya tidak’?
Menurut hemat saya, sikap ‘dismissive’ Pak BeYe itu sebetulnya bukan karena beliau tak melihat potensi kemenangan. Tapi, karena merasa kurang enak melihat pilihan cawapres Pak PS.
Yang menjadi masalah, kedua tokoh ini adalah ‘dua jenderal legendaris’, meminjam istilah Dahnil Anzar Simanjuntak (ketua tim jurkam 02). Maksudnya, kedua jenderal itu sama-sama punya penglihatan yang tajam. Cuma, ketika memilih cawapresnya, Pak PS memetakan situasi dengan pandangan 4-D alias ‘four dimension vision’.
Penglihatan 4-D itu adalah penyempurnaan dari penglihatan 3-D. Penglihatan 3-D mencakup dimensi ‘panjang’ (length), ‘lebar’ (width), dan ‘kedalaman’ (depth).
Pak PS menambahnya satu lagi: yaitu dimensi ‘waktu’ (time). Dimensi ke-4 ini sangat krusial. Sebab, kehancuran Indonesia di bawah pemerintahan Jokowi hari ini perlu diperbaiki dengan ‘time frame’ yang jelas tetapi ketat.
No time to waste. Tak bisa buang-buang waktu. Jadi, kita di sini banyak bicara soal ‘waktu’. Waktu yang mendesak, waktu yang harus dihemat, waktu yang tak banyak tersedia, dlsb.
Dimensi ‘waktu’ pada waktu itu termasuklah ‘tak ada waktu untuk negosiasi yang berbelit-belit’ soal cawapres. Dimensi ‘waktu’ juga bermakna ‘the right man in the right time’. Yaitu, sangat diperlukan terobosan ‘sekarang juga’ (dimensi waktu) oleh seseorang yang memiliki ‘kepribadian mutakhir’ (dimensi waktu) dan ‘gagasan mutakhir’ (dimensi waktu).
Nah, ‘the right man in the right time’ dalam konteks rekonstruksi perekonomian Indonesia nantinya adalah Sandi Uno. Begitulah kesimpulan Pak PS. Dan, di seputar gonjang-ganjing soal figure cawapres menjelang pengajuan paslon ke KPU waktu itu, Prabowo tak punya banyak waktu (lagi-lagi dimensi waktu).
Sekarang, semua orang merasa lega. Semuanya klop. Pak SBY tidak lagi melihat soal cawapres itu sebagai ‘missing link’ yang harus hilang permanen dalam mata-rantai hubungan politiknya dengan Pak PS. Tidak ada lagi ‘hard feeling’.
Hari ini, mata-rantai koalisi menjadi lengkap. The fighter jets are ready to take off. Sekuadron tempur sedang dalam posisi ‘final inspection’. Medan perang telah dipetakan. Kubu-kubu pertahanan lawan di Jawa Tengah dan Jawa Timur akan digempur habis di bawah komando ‘duo legend generals’, SBY dan PS.
Dengan bantuan ‘pemberontakan massal’ di akar rumput, diperkirakan gempuran total selama tiga bulan (Januari, Februari, Maret 2019) insyaAllah akan mampu melumpuhkan petahana. Mereka akan diberi waktu untuk menyerahkan diri sampai batas akhir 17 April 2019.***