[PORTAL-ISLAM.ID] Akademisi Australian National University, Tom Power, PhD, mencatat bahwa Pemerintah Jokowi menggunakan strategi represif untuk menekan lawan-lawan politiknya. Jokowi memberlakukan pendekatan yang digambarkan sebagai aksi ‘melawan illiberalisme dengan illiberalisme’, meminjam bahasa Prof Marcus Mietzer dari ANU. Tindakan ini mirip cara-cara Orde Baru.
Menjelang pemilihan 2019, ungkap Power, pemerintah telah menggunakan strategi represif itu untuk menekan kekuatan oposisi yang menjadi penyeimbang status quo.
Menurut Power, Jokowi juga mengarahkan institusi keamanan dan penegakan hukum untuk merepresi oposisi, dan membuat garis batas yang kabur antara kepentingan negara dan kepentingan rezimnya. Hal ini dilakukan secara sengaja dan semakin sistematis untuk menghambat oposisi yang sah, yang sesungguhnya dibutuhkan dalam sistem demokrasi dimana checks and balances sangat penting.
Jokowi, ungkapnya, juga memakai/memperalat polisi dan TNI/militer sebagai instrumen kampanye dan instrument kekuasaan untuk menekan civil society maupun oposisi. Semua itu, menurut Tom Power, menunjukkan otoriterisme Jokowi yang terus menguat beberapa tahun ini.
Pandangan Tom Power itu merupakan suatu peringatan secara halus dan disampaikan dalam tulisan di jurnal maupun diskusinya di pelbagari forum belakangan ini.
Sumber: https://www.newmandala.org/jokowis-authoritarian-turn/