[PORTAL-ISLAM.ID] Selama tur "Us + Them" terbaru di Amerika Selatan, bintang rock Inggris ini menentang Israel sebagai bagian dari kampanye yang diluncurkan oleh gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (Boycott, Divestment, Sanctions/BDS) .
Roger Waters, vokalis dan pendiri Pink Floyd, sedang melakukan tur ke Amerika Latin sekali lagi, tetapi kali ini tidak hanya untuk menggelar pertunjukan musik. Waters juga berbicara menentang kekejaman Israel di wilayah Palestina sebagai bagian dari kampanye global gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS).
Tur Waters telah diberi tema “Us + Them”, yang bertujuan untuk mengembangkan lebih banyak kesadaran di dunia tentang tindakan Israel terhadap warga Palestina di Tanah Suci. Pada hari Selasa (13/11/2018), musisi itu berada di Chili setelah tur Brasil, Uruguay, dan Argentina.
Selama tur, bintang rock Inggris berusia 75 tahun itu mengecam keras tindakan Israel di Palestina, di mana Israel baru-baru ini melakukan serangan udara mematikan di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 14 orang Palestina dan melukai banyak lainnya.
Pada bulan April lalu, Waters men-twit untuk mendukung Palestina yang berbaris di perbatasan Gaza memprotes kekejaman Israel.
To the brave Palestinians in Gaza marching for freedom, WE ARE— Roger Waters (@rogerwaters) 2 April 2018
WITH YOU!! Read more -- https://t.co/FKXglviGdh https://t.co/qG66d4Y8nL
"Kita semua tahu bahwa kehidupan di wilayah Palestina tak tertahankan (sangat menderita)," kata Waters selama tur Chile, menggambarkan tindakan Israel sebagai hasil dari "kebijakan supremasis dan rasis."
Di ibukota Santiago, dia juga membandingkan tindakan Israel terhadap rakyat Palestina dengan rezim apartheid Afrika Selatan, yang runtuh pada 1990-an dalam menghadapi protes besar-besaran yang dipimpin oleh mendiang Nelson Mandela dan anggota Kongres Nasional Afrika-nya.
Protes-protes di Afrika Selatan saat itu sangat didukung oleh gerakan anti-Apartheid di seluruh dunia. Serupa dengan itu, sekarang ada gerakan BDS yang semakin besar melawan Israel, yang telah menerima dukungan di seluruh dunia.
Dikenal sebagai pendukung kuat gerakan BDS, Waters sering menjadi sasaran Israel dan organisasi zionis lain di seluruh dunia, menuduhnya sebagai seorang anti-Semit.
"Saya bukan anti-Semit," kata Waters kepada warga Chili selama pidatonya di Centro Cultural Matucana 100, ketika dia berbagi beberapa detail pribadi tentang ayahnya, yang dibunuh oleh sekutu Nazi ketika dia bertempur sebagai perwira Inggris di Italia, di 1944.
Selama Perang Dunia II, ayahnya Eric Fletcher Waters turut melawan Nazi.
"Aku tidak punya pilihan selain melawan Nazi yang sekarang ada di depanku," lanjut artis itu, membandingkan kebijakan Nazi masa lalu dengan tindakan Israel saat ini.
"Dan itu tidak membuat saya berbeda dari ayah saya," tambah Waters, yang mendapat tepuk tangan meriah penonton yang memberinya semangat.
Setelah menyampaikan pidatonya pada Selasa malam, Waters melakukan konser untuk Chili.
Dari "The Wall" to "Supremacy"
Pada tahun 1979, album Pink Floyd "The Wall" (Tembok) menjadi hit dunia, mengangkat band itu ke eselon tertinggi dunia musik. Delapan bulan setelah runtuhnya Tembok Berlin yang terkenal, Pink Floyd tampil di Berlin, pada bulan Juli 1990, untuk memperingati bersatunya Jerman Timur dan Barat.
Hari ini, tembok setinggi delapan meter yang dibangun oleh Israel di pusat Tanah Suci, untuk memisahkan orang Palestina dari orang Yahudi, bisa menjadi metafora lain untuk album empat dekade, The Wall. Meskipun Waters meninggalkan band pada pertengahan 1980-an, ia bergabung dengan mantan rekannya untuk berbagai konser.
Album terbaru Waters "Supremacy" tidak hanya memprotes tembok Israel, diklaim sebagai salah satu tanda dari rezim apartheid, tetapi juga secara langsung bertentangan dengan keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem. Dalam beberapa bulan terakhir, Trump juga membuat dirinya sibuk, membangun tembok lain di sepanjang perbatasan selatan negara itu dengan Meksiko untuk mencegah para migran menyeberang ke AS.
Dalam albm "Supremacy", Waters membaca sebuah puisi yang ditulis oleh Mahmoud Darwish, seorang penyair Palestina.
Waters Tidak Sendirian
Waters adalah anggota kalangan artis gerakan BDS yang paling terlihat, tetapi ia tidak sendiri. Upaya musisi Inggris ini juga telah menyebabkan lainnya bergabung dan membatalkan pertunjukan di Tel Aviv dan lokasi Israel lainnya.
Daftar ini mencakup musisi seperti Stevie Wonder, Pharrell Williams, Gorillaz, Natalie Imbruglia dan Lorde, serta selebriti termasuk Meg Ryan, Elvis Costello, Brian Eno, dan Ken Loach.
Ilmuwan Yahudi Inggris yang terkenal, Stephen Hawking, yang baru saja meninggal dunia, juga bergabung dengan gerakan ini sebelum kematiannya.
Selama penampilan Waters di Chile, beberapa musisi lokal juga bergabung dengannya, dengan Juanito Ayala dan Mariana Loyola di antara mereka.
NB: Tour "Us + Them" Roger Waters dimulai sejak 21 Mei 2017 dan dijadwalkan selesai 9 Desember 2018.
Sumber: TRT, Wikipedia