(Sandiaga Uno dan Saptuari Sugiharto)
Tulisan Kang Saptuari Sugiharto, seorang pengusaha muda Yogyakarta, penggagas Sedekah Rombongan, tentang Sandiaga Uno yang beberapa hari lalu ke Jogja.
“i miss you bro...”
Sambil mengangkat kedua tangannya, Mas Sandiaga Uno naik ke panggung mendekat ke saya. Kami berpelukan beberapa detik, dan ini yang saya jawab di telinganya..
“Selamat ya mas, akhirnya sampai di titik ini..”
Hasil analisa kepribadian saya yang pernah keluar dalam dua metode, saya ini tipe orang introvet, tertutup pada hal tertentu. Termasuk untuk urusan pilihan politik, yang tidak pernah ada minat saya untuk terjun ke dalamnya. Saya memilih di sudut diam-diam, kagum pada orang-orang yang berani maju berjuang di dunia politik yang penuh caci maki, hoax, fitnah dan hasutan bertebaran setiap hari..
Ketika dua tahunan lalu nama saya muncul dalam polling 15 nama calon walikota Jogja, saya cuma mringis.
Awal tahun kemarin salah satu utusan partai besar mengontak saya, mau mencalonkan saya jadi salah satu caleg DPR dari wilayah Jogja... saya cuma mringis lagi.
Saya memilih tetap jadi warga biasa saja yang bebas kemana-mana..
tak ada minat,
tak ada bakat,
tak bisa dipaksa..
Saya pun paling mualess melihat perdebatan dengan istilah “cebong dan kampret” dibumbui cacian dan makian mampir di timeline saya. Energi negatifnya muntah kemana-mana, tanpa sungkan saya akan langsung unfriend atau blok akunnya..
Beberapa hari lalu salah seorang kawan meminta saya hadir di talkshow “Ngobrol Bisnis” salah satu pembicara mas Sandi Uno, saya langsung mengiyakan.. lama tak berjumpa beliau. Terakhir di acara Tangan Di Atas (TDA) empat tahun yang lalu di Jakarta.
Sebelum hiruk pikuk pilpres saat ini, tahun 2012 saya pernah menulis tentang sosok ini di blog pribadi saya, tulisan itu viral, dan saya abadikan di buku “Catatan Indah Untuk Tuhan”.
Seorang pengusaha besar di Indonesia yang menjaga ketaatannya dalam ibadah. Waktu itu usai ngisi seminar bareng di MM UGM, kami mengantar beliau ke Bandara Adi Sucipto. Masuk lounge semua makanan sudah disiapkan. Kami makan bareng-bareng, namun beliau tidak menyentuhnya. Ternyata sedang puasa sunnah.
Lain waktu sekitar tahun 2013, usai talkshow di Desa Tembi Bantul, kami ngobrol di angkringan malam-malam sambil menikmati wedang jahe. Saya bertanya, tentang ibadah sholat dhuha yang dia rutinkan..
“Insya Allah 8 rakaat, ibadah sunnah itu ketika kita sudah biasa lakukan akan jadi merasa kehilangan ketika kita tinggalkan... dan saya sering mengalami banyak kejadian seperti ditolong oleh Allah,” lanjutnya.
Maluuu.. saya yang masih kelas UKM.. (Usaha Kecil Meringis), sholat dhuhanya masih bolong-bolong. Beliau yang sudah trilyuner bisa konsisten.
Ketika saya memulai #SedekahRombongan 8 tahun lalu, pasien duafa berdatangan. Kami tidak punya ambulance. Saya sampaikan lewat assistennya, apakah ada ambulance yang bisa kami dapatkan. Hanya dalam seminggu saya dihubungi Sandiaga Uno, ditransfer untuk membeli ambulance baru sebuah Suzuki APV warna hitam. Yang bikin merinding waktu itu.. beliau tidak mau difoto, tidak mau diekspose, bahkan tidak mau ada atribut apapun tentangnya. Hanya tulisan MTSR (Mobil Tanggap #SedekahRombongan). Mobil itu sampai hari ini masih wira-wiri mengangkut duafa sakit dan jenazah, gratis..
Di sesi akhir talkshow tadi, mas Sandi berpesan..
“Mas Saptuari tetaplah jadi pengusaha, tak usah terjun ke politik. Kita butuh banyak pengusaha-pengusaha yang menggerakkan ekonomi. Biar saya saja yang maju..”
Tahun depan (2019) adalah tahun penentuan.. sepanjang yang saya tau, seorang Sandiaga Uno adalah orang baik dalam perjalanannya sampai hari ini..
Apakah tahun depan atau tahun berikutnya, Allah sudah punya catatannya.. yang saya yakini, semoga beliau punya waktu terbaik kelak untuk memimpin negeri indah yang besar ini..
16 November 2018
@Saptuari
*Sumber: fb penulis