[PORTAL-ISLAM.ID] Muslim Rohingya yang tinggal di kamp pengungsi Bangladesh bersama-sama melakukan sujud syukur pada Jumat (16/11/2018), setelah rencana repatriasi ke Myanmar dihentikan.
Repatriasi atau pemulangan pengungsi Rohingya dari Bangladesh ke Myanmar batal dilakukan karena tidak ada yang bersedia dipulangkan.
Tidak ada dari 720.000 Rohingya yang kini tinggal di Bangladesh itu bersedia dengan sukarela kembali ke Myanmar karena nyawa mereka akan terancam. Repatriasi gelombang pertama yang dijadwalkan mulai Kamis (15/11) akhirnya batal.
Bangladesh telah memulai persiapan untuk memulangkan sekelompok Muslim Rohingya ke Myanmar pada Kamis 15 November, setelah kesepakatan bilateral kedua pemerintah (Bangladesh-Myanmar) pada Oktober.
Namun rencana tersebut ditentang oleh Badan Pengungsi PBB dan lembaga kemanusiaan, yang takut akan keselamatan Rohingya jika kembali ke Myanmar.
Pada Selasa, Ketua Dewan HAM PBB, Michelle Bachelet, meminta Bangladesh untuk menghentikan rencana pemulangan dan memperingatkan bahwa keselamatan pengungsi Rohingya akan terancam.
"Sebanyak 48 keluarga yang diwawancarai oleh UNHCR mengatakan tidak mau dipulangkan," kata sumber yang mengurusi masalah repatriasi.
Awal pekan ini, puluhan keluarga Rohingya dalam daftar pengungsi yang akan dipulangkan mulai melarikan diri dari kamp di Bangladesh.
Dan minggu lalu, sekitar 20 orang Rohingya dalam daftar itu mengatakan kepada Reuters mereka menolak untuk kembali ke Rakhine karena takut terhadap kekejaman tentara Myanmar.
Saat ini ada 700.000 lebih etnis Rohingya melarikan diri dari kekejaman tentara Myanmar di negara bagian Rakhine tahun lalu, menurut badan-badan PBB.
Tim yang ditugaskan PBB untuk menyelidiki masalah ini menyatakan tentara Myanmar melakukan genosida dan pembersihan etnis.
PBB dan berbagai kelompok bantuan menyatakan hanya Rohingya yang memang sukarela kembali ke Myanmar yang dapat direpatriasi. Namun tak satu orang pun Rohingya yang bersedia.
Kegagalan upaya repatriasi itu menjadi tema khutbah salat Jumat di semua masjid di kamp pengungsi Bangladesh.
“Kami berdoa pada Allah untuk keselamatan kami. Dan doa kami dikabulkan. Kami berterima kasih pada otoritas Bangladesh karena mereka memahami posisi kami tentang repatriasi,” ujar Imam Hossain setelah salat Jumat.
“Kami sangat bahagia ini tidak terjadi,” tutur pengungsi Rohingya Abdul Hamid (55) dikutip Channel News Asia.
Pengungsi lain, Abdul Malek, menyatakan dia belum bertemu orangtuanya sejak meninggalkan Rakhine, Myanmar pada Agustus 2017.
“Saya belum melihat orangtua saja selama setahun ini. Saya ingin melihat mereka tapi saya tidak merasa cukup aman untuk kembali,” ujar dia.
Guru sekolah berusia 32 tahun itu menyatakan dia ingin kembali jika otoritas Myanmar memberi kewarganegaraan pada Rohingya. Myanmar selama bertahun-tahun menolak memberikan kewarganegaraan dan hak lain pada ernis Rohingya yang juga disebut sebagai Bengali ini.