[PORTAL-ISLAM.ID] Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra menyoroti koalisi Prabowo-Sandi yang tak jelas dan hanya menguntungkan Gerindra di Pilpres 2019. Hal itu akhirnya yang membuat eks Mensesneg tersebut memilih untuk menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade mengatakan alasan Yusril tersebut terkesan mengada-ada dan tak sesuai dengan fakta. Andre mengatakan, alasan Yusril tersebut dipakai hanya karena ia tak bisa mengelak dari desakan kader PBB yang lebih memilih Prabowo-Sandi.
"Lucu, Pak Yusril dikritik oleh pendukungnya di Bulan Bintang karena memilih lawyer Pak Jokowi, kok tiba-tiba jual kesalahan kepada kami," ujar Andre, seperti dilansir kumparan, Jumat (9/11/2018).
Alasan yang tak masuk akal itu, kata Andre, juga termasuk 'draf aliansi' dari ulama dan sejumlah tokoh yang menurut Yusril sudah disodorkan oleh Imam Besar FPI Rizieq Syihab kepada Prabowo. Padahal menurut Andre, draf aliansi tersebut sama sekali tidak ada.
"Dia bilang juga soal draf alisansi (koalisi) yang kita tidak tahu itu draf apa-apa. Kalau kontrak politik dengan ulama Pak Prabowo dan Mas Sandi sudah tanda tangan itjima ulama kedua. Kita juga yang muda-muda gampang ketemu Pak Prabowo. Jadi tidak usah cari alasan memojokkan kami kalau Pak Yusril diprotes oleh pendukungnya," terang Andre.
Selain itu, Andre menambahkan, kubu Prabowo-Sandi selama ini juga menghargai betul posisi Yusril. Buktinya, Sandi sempat menemui Yusril sebelum memutuskan untuk menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019.
Untuk itu, Andre berharap Yusril berhenti mencari-cari alasan soal posisinya yang kini berhadapan dengan Prabowo-Sandi. Ia meminta Yusril dengan bijaksana bertanggung jawab atas keputusannya itu.
"Bicara kurang pengharagaan apa kurangnya penghargaan kita ke Pak Yusril, Bang Sandi sebagai calon wakil presiden sudah ketemu Yusril, dan Bang Yusril ketemu Erick Tohir di kubu sono," ujar Andre.
"Kami mengapresiasi pilihan Bang Yusril, silakan (menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf), lalu kenapa kami dibawa-bawa," tandasnya.
Sebelumnya, Yusril mengatakan seharusnya koalisi Prabowo-Sandi tak hanya memikirkan kemenangan di Pilpres 2019, tapi juga Pileg 2019. Yusril mencontohkan, seperti di Pemilu di Malaysia. Di suatu dapil di Malaysia tidak akan terjadi tabrakan antara sesama partai koalisi, karena kesepakatan telah dibangun lebih dahulu.
Namun, hal itu berbeda pada pemilu serentak di Indonesia, seluruh partai koalisi diminta untuk all out mengkampanyekan Prabowo-Sandi. Akan tetapi, di pileg dalam satu dapil sesama caleg parpol koalisi saling bertempur untuk memperoleh kemenangan bagi partainya. Inilah yang membuatnya urung bergabung dengan koalisi untuk memenangkan Prabowo.
“Nanti yang akan terjadi adalah Prabowo-Sandi menang pilpres, tetapi dalam pileg yang sangat diuntungkan adalah Gerindra, yang kemungkinan akan menjadi partai nomor 1 atau nomor 2. Partai-partai anggota koalisi yang lain bisa babak belur. Ini saya saya katakan dalam Pileg di Dapil, PBB bisa 'digergaji' sama Gerindra,” ucap Yusril dalam keterangan tertulisnya, Kamis (8/11/2018). [Kumparan]