[PORTAL-ISLAM.ID] Tiba-tiba sekitar pukul 8 pagi tadi, teman lama saya pensiunan tentara berpangkat letnan kolonel, menelefon. “Dinda, boleh enggak tuliskan kenangan saya tentang Pak Prabowo?”
Langsung saya jawab, “Tentulah bang Agus.” Yang ingin disampaikan oleh teman ini adalah cerita yang sudah berkali-kali kita baca atau kita dengar tentang pengorbanan pribadi Pak Prabowo Subianto (PS) untuk prajurit TNI. Termasuk juga pengorban untuk operasional tentara.
Bang Agus lulus akademi militer pada 1972 sedangkan Pak Prabowo lulus pada 1974.
Menurut catatan Bang Agus, ada tiga hal yang membuat dia sangat terkesan dengan watak pribadi Pak PS.
Pertama, Pak PS tak pernah mengeluh kalau dana TNI (waktu itu masih disebut ABRI) tidak cukup untuk menyediakan perumahan bagi para prajurit. Pak PS, kata bang Agus, menggunakan uang pribadi beliau untuk membangun asrama anggota Kostrad. Dan Pak PS tidak memerlukan liputan media atau pun gosip tentang tindakannya itu.
Kedua, lanjut bang Agus, Pak PS kembali merogoh kocek sendiri ketika ada keharusan untuk menambah pasukan pemelihara perdamaian Garuda di kawasan Indocina. Di sekitar awal 1990-an. Senior Pak PS mengatakan pihaknya bersedia menambah pasukan Garuda XII tapi tak ada biaya. Tanpa banyak cakap (omong), Pak PS menyediakan dana pribadinya. Bagi beliau, yang penting satuan yang diperlukan bisa sampai ke lokasi tugas.
Ketiga, ketika terjadi drama penyanderaan oleh OPM di Papua. Operasi pembebasan memerlukan helikopter yang bisa membawa puluhan personel sekaligus. TNI belum punya helikopter Chinook yang mampu membawa puluhan orang. Tak sekadar tidak punya. TNI juga tak punya sumber untuk menyewa heli jenis itu.
Apa yang dilakukan oleh Pak PS?
Menurut bang Agus, Pak PS menyewa Chinook milik militer tetangga. Mantan Danjen Kopassus itu lagi-lagi mengeluarkan uang pribadi agar operasi pembebasan sandera di Papua bisa berjalan sesuai rencana.
Itulah tiga hal yang diminta oleh bang Agus agar saya ceritakan di akun medsos saya ini. Kisah tentang “passion” (kecintaan) Pak PS pada TNI dan tugas mulianya.
Seperti saya katakan tadi, sudah berulang kali kita baca cerita ini. Tapi, bang Agus yang kini berusia hampir 70 tahun, tetap meminta agar saya menuliskannya.
Dia merasa sangat sakit dan prihatin melihat kampanye hitam yang bertujuan untuk menjelekkan nama PS. Untuk menggagalkan misi Pak PS membuat Indonesia adil dan makmur.
Penulis: Asyari Usman