Dahnil dan Istri Lemparkan Bola Panas ke Kubu Ahli Fitnah
By Asyari Usman
(Wartawan senior)
Kolam ceb*ng kucar-kacir. Dahnil Anzar dan istrinya, Heni Novitasari, melemparkan bola panas ke kelompok “ahlul fitnah” yang bersarang di kubu anti-Prabowo. Dan juga ke arah satu-dua media yang langsung menuduh Dahnil melakukan korupsi. Media-media ini menulis berita tanpa kaidah dasar jurnalistik. Tanpa akal sehat.
Mbak Heni menuliskan pledoi di akub FB-nya yang berisi poin-poin tentang kredibiltas suaminya. Sementara Dahnil membuat penjelasan yang jernih di depan konperensi pers setelah dia diperiksa polisi. Lihat saja bahasa tubuh Dahnil. Dengan santai dia mencela dua media yang gegabah menyimpulkan bahwa dia melakukan korupsi.
Para penulis dan watawan Projo dibuat terbelalak membaca uraian Mbak Heni mengenai integritas suaminya. Juga integritas Pemuda Muhammadiyah secara keseluruhan. Para wartawan murahan ini masih berusaha sok dengan gaya mencecar di konperensi pers. Kasihan!
Dahnil tidak melakukan korupsi. Uang dua miliar tidak membuat dia silau. Alhamdulillah, Dahnil masih santun. Dia meminta maaf di depan para wartawan yang sok tahu ketika dia harus mengatakan bahwa “duit dua miliar tidaklah seberapa bagi dia”. Untunglah Dahnil sabar menghadapi para wartawan g**lok yang ingin menunjuk-nunjukkan gaya investigatif.
Pemuda Muhammadiyah mengembalikan uang dua miliar kepada Kemenpora bukan karena takut dikejar dari sisi penyelidikan korupsi. Mereka kembalikan itu karena harga diri. Tidak seperti ormas-ormas pengemis yang meminta-minta kepada penguasa. Mereka kembalikan itu karena punya “moral high ground”. Punya standing moral yang tinggi. Jauh dari perilaku mereka yang berlagak pembela NKRI, pembela Pancasila, tetapi justru merendahkan diri mereka di depan para penguasa dan taipan penyogok.
Ada ormas yang disogok 30 miliar, sudah luar biasa puja-pujinya kepada para penggarong negara ini. Beginilah mental Anda yang memfitnah Dahnil. Kalian serahkan kepala kalian untuk dikentuti oleh taipan. Kalian sodorkan hidung kalian untuk dicucuk dan kemudian ditarik-tarik oleh penguasa dzolim.
Dahnil tidak sekualitas kalian. Ketika ada acara makan-makan di hotel yang dihadiri Jokowi, Dahnil malah membawa keluarganya makan di luar hotel. Di kedai nasi biasa. Alangkah jauhnya selisih akhlak Anda dan pemikiran Dahnil. Begitu cerita mbak Heni. Ibu rumah tangga ini terpaksa mengungkapkan itu semua gara-gara tudingan kalian bahwa suaminya melakukan korupsi.
Bola panas yang telah dilemparkan Dahnil dan Mbak Heni ke kelompok penyebar fitnah itu, kini harus dijawab oleh Menpora Imam Nahrawi dan media yang suka memelintir dan memfitnah. Ini semua gara-gara Kemenpora. Menpora mengajak buat acara kumpul bersama. Kemudian Menpora pula yang melanggar kontrak kerja sama dengan Pemuda Muhammadiyah. Seenaknya melakukan perubahan jadwal acara demi pencitraan Jokowi.
Hangus kredibilitas Menpora Imam Nahrawi karena ditabrak bola panas Dahnil. Gosong sudah media fitnah seperti Kump**an dan MetroTipu karena dilabrak testimoni mbak Heni. Sangat besar dampaknya terhadap kubu Ko-Ruf secara keseluruhan. Sekarang, mereka semua menderita luka bakar akibat bola tembaga padat nan panas. Tidak mudah melempar kembali bola yang masih menyala merah itu. Para tukang fitnah sekarang diobrak-abrik si bola panas.
Imam Nahrawi yang paling parah. Seluruh badannya terbakar. Para wartawan ahli fitnah, juga berbalut perban. Otak mereka membentur tembok akibat lintang-pukang melarikan diri dari kejaran bola panas Dahnil dan Heni.
Jadi teringat film ‘The Day After”. Cerita tentang kondisi pasca perang nuklir antara NATO dan Pakta Warsawa. Film televisi tahun 1983 ini mendeskripsikan suasana kehancuran kota Lawrence, di Negara Bagian Kansas, Amerika Serikat. Semua menjadi puing-puing. Radiasi nuklir membuat warga tewas mengenaskan. Lawrence rata dengan tanah akibat rudal nuklir Uni Soviet.
Bola panas Dahnil dan Heni menyebabkan Kemenpora serta media tukang fitnah hancur berantakan. Rata dengan tanah. Mereka tidak lagi punya harga diri.
Satu-satunya cara mereka untuk mengembalikan bola panas itu adalah dengan meminta maaf secara terbuka kepada Dahnil dan keluarganya.***