API INSPIRASI GARBI
(Catatan Deklarasi GARBI Riau, 11-11-18)
by @Fahrihamzah
Setelah kembali dari Tanah Melayu Riau Bumi Lancang Kuning dan setelah Riau Deklarasi GARBI, saya terkesan untuk menulis kesan pendek yang berulang dalam ingatan.
Apa yang menggerakkan manusia berjalan melampaui seluruh rintangan hidup? Apa yang menggerakkan para pemikul beban dan kerja peradaban memutuskan untuk memanggul seluruh beban?
Pada mulanya, semuanya tentang cita-cita. Tentang mimpi yang lahir setelah perenungan yang dalam tentang hari kemarin dan hari ini. Tentang apa saja yang mulia yang bisa kita wujudkan di masa depan.
Semua cita-cita dan mimpi itu ada dalam hati dan pikiran kita. Mengendap menjadi api yang menyalakan langkah. Ia yang menjadikan kita gagah berjalan. Mengarungi perjalanan. Dengan dada terbuka, kita tantang debur lautan.
Kejujuran dan keberanian untuk menyelesaikan tugas kemanusiaan itu yang kita sebut jiwa kepahlawanan. Mereka yang memiliki jiwa kepahlawanan kadang tak dikenal pada zaman-nya. Tapi karyanya terukir dan abadi. Di kenang sampai akhir zaman.
Ia bisa berubah menjadi legenda atau mitos. Tapi seluruh hal yang pernah ia wujudkan menjadi cerita turun temurun. Termasuk nilai keteladanan. Karena nilai yang diukir seorang pahlawan memang langka dan abadi.
Seperti kisah Hang Tuah. Seorang pahlawan yang menjadi mitos dan legenda di Tanah Melayu. Orang yang lahir dari strata kecil tapi karena keberaniannya, ia menjadi laksamana dan pahlawan seluruh negeri.
Ia bela kebenaran dengan seluruh jiwanya. Ia setia kawan dan miliki cinta. Ia pertaruhkan hidup membela bangsanya. Ia melanglang buana ke seluruh wilayah Asia jalankan diplomasi dan jalin persahabatan dengan negara tetangga.
Melawati negeri Judah dan Rum. Mengenalkan bangsa Melayu yang mulia. Ia tak hanya dikenal karena keberaniannya. Tapi juga karena ia meletakkan dasar dari persahabatan dan solidaritas manusia di dunia.
Nilai yang sejak lama abadi dalam peradaban manusia-manusia di bumi. Yang ia abadikan lagi dalam cara dan langkah baru. Nilai yang Hang Tuah pelajari dari para pahlawan pendahulunya.
Kata-kata Hang Tuah jadi mantra. "Takkan Melayu Hilang di Dunia". Begitu kata-katanya. Citanya melampaui zaman. Bangsa Melayu tak akan sirna. Ia menjadi pondasi dari peradaban manusia di tanah Asia.
Kini Melayu mewarnai seluruh Asia Tenggara. Bahasanya diadopsi oleh negara raksasa bernama Indonesia. Menjadi bagian dari gelombang sejarah. Satu nusa. Satu bangsa. Satu bahasa. Indonesia.
Budayanya mewarnai Asia Tenggara. Kata-kata Hang Tuah terbukti tak sekedar mantra. Itulah cita-cita. Itulah mimpi yang diwujudkan oleh seorang pahlawan. Yang di zaman berikutnya, cita-citanya terus dipanggul oleh pahlawan berikutnya.
Dan jiwa kepahlawanan Hang Tuah itu yang saya lihat dalam wajah anak-anak muda. Anak-anak muda yang juga hidup di tanah tempat lahir Hang Tuah hari ini. Anak-anak muda dari Tanah Melayu. Anak-anak muda Riau.
Kemarin, saya datang menyambangi. Hari Pahlawan ini pantas kita rayakan dengan menelusuri asal sejarah dari bahasa bangsa kita. Bahasa yang menyatukan kita. Bahasa yang menjelaskan tentang apa itu kebenaran.
Melayu adalah tanah mulia. Di dalamnya nilai Islam menjadi nadi yang mendenyutkan jantung para pahlawan. Menjadikannya hidup dalam martabat dan kebermanfaatan.
Tanah ini melahirkan sebuah bayangan tentang masa lalu dan imajinasi tentang masa depan. Apa yang mampu dipikul oleh sebuah bangsa. Dulu bangsa kita, bangsa Melayu mampu menjadi inspirasi dari peradaban bangsa-bangsa di Asia.
Hari ini saya percaya, bangsa kita, tidak hanya menjadi inspirasi. Tapi lebih dari itu; menjadi penyelesai masalah kemanusiaan di seluruh dunia. Dan itulah kepahlawanan yang sedang kita rangkai sebagai kerja raksasa kita.
Kepada anak-anak muda Riau, saya ucapkan: Selamat atas deklarasi GARBI Riau kemarin. Saya datang hanya menemani mimpi tentang masa depan. Bersama menyalakan harapan.
Mengobarkan semangat Indonesia Raya, negara kita tercinta. Terima kasih.
___
Twitter @Fahrihamzah 12/11/2018