[PORTAL-ISLAM.ID] Pernyataan Presiden Jokowi melontarkan kata 'politikus sontoloyo' sebagai sebuah sikap anti-kritik. Hal itu diutarakan Ketua DPP Gerindra Heri Gunawan.
Heri menduga, konteks pernyataan tersebut diarahkan terhadap para pengkritik kebijakan dana kelurahan, yang baru saja diputuskannya.
"Presiden tidak siap dikritik, hingga akhirnya merespon dengan ungkapan politikus sontoloyo. Presiden seharusnya menerima kritik tersebut secara konstruktif. Jangan baper," kata Heri di Jakarta, Ahad, 28 Oktober 2018.
"Setiap dana yang keluar dari APBN, mesti ada dasar hukumnya. Jadi seharusnya, presiden berterima kasih, karena telah diingatkan agar tidak ada aturan yang dilanggar," tambahnya.
Anggota Komisi XI DPR ini menyatakan, kata Sontoloyo itu jauh dari adab dan adat ketimuran.
Di tengah semangat demokrasi damai yang telah disepakati bersama, semestinya Presiden dapat lebih hati-hati dalam memilih diksi.
"Ini sensitif. Hindari diksi yang menuduh bahkan provokatif. Ini kontradiktif dengan ajakan adu gagasan, adu konsep, adu program, yang selalu digaungkannya sendiri," jelasnya.
"Kami mencatat pada pekan lalu, misalnya, presiden juga mengungkapkan istilah politik kebohongan. Pada agustus 2018, presiden juga mengungkapkan kepada relawannya ajakan kesiapan jika ditantang berantem. Kali ini politikus sontoloyo," paparnya.
Sumber: TeropongSenayan