Siklus Pergerakan & Arah Baru Indonesia
Oleh: Hudzaifah Muhibullah*
Dalam teori Bisnis atau Marketing terdapat istilah siklus hidup suatu produk atau dalam bahasa Jermannya disebut Produktlebenszyklus. Teori Ini menerangkan tentang eksistensi sebuah produk. Dalam teori itu juga diterangkan berbagai langkah agar produk itu tetap eksis di tengah persaingan yang sangat ketat. Penelitian dan inovasi menjadi suatu hal yang sangat penting demi menjaga eksistensi sebuah produk dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat. Sama halnya dengan Produk, Organisasi pun memiliki siklusnya. Jika tidak melakukan penelitian yang mendalam, inovasi dan juga pendekatan yang sesuai dengan zaman, maka siklus Organisasi itu akan terus turun bahkan bisa hilang.
Suatu gerakan juga memiliki siklus. Nyawa dari sebuah gerakan adalah Ide atau pemikiran. Muhammadiyah misalkan: dalam film Sang Pencerah dikisahkan KH Ahmad Dahlan membawa begitu banyak Inovasi dan pembaharuan menghancurkan ide-ide lama atau kebisaan-kebiasaan lama. Ahmad Dahlan mendobrak itu semua dengan penelitian yang mendalam. Misalkan ketika debat terkait kiblat, Ahmad Dahlan melakukan riset dan menghadirkan teknologi (kompas) untuk mengoreksi kesalahan yang terjadi, lalu ide KH Ahmad Dahlan menjadi sebuah magnet atau daya tarik yang besar hingga Muhammadiyah terbentuk dan eksis hingga saat ini. Tapi pada siklusnya hingga mencapai puncak, tentu saja banyak rintangan dan hadangan yang menghambat pergerakannya bahkan sampai hadangan secara fisik. Tapi dengan Ide semua itu bisa dilewati. Begitupun dengan NU yang dibawa oleh keluarga mendiang Gusdur yang eksis hingga saat ini. Ide menjadi magnet dari gerakan.
Di Indonesia, Organisasi besar ini mampu menempatkan kader-kadernya menjadi orang-orang paling berpengaruh di Indonesia. Muhammadiyah misalkan, menempatkan nama kadernya, Ki Bagus Hadikusumo dalam perumusan Pancasila khususnya sila pertama. Lalu kader terbaiknya Prof. Hamka menjadi pendiri Majelis Ulama Indonesia dan menjadi anggota Konstituante hasil pemilu 1955 mewakili Partai Masyumi dan di era reformasi kadernya Prof. Amin Rais menjadi inspirator Reformasi dan menjadi ketua MPR RI, lalu di periode 2014-2019 kader Muhammadiyah pun menjadi ketua MPR RI. NU juga tidak kalah dengan Muhammadiyah, mereka bahkan bisa menempatkan kadernya menjadi Presiden Republik Indonesia (Gus Dur) dan beberapa kali kadernya menjadi kandidat di pemilihan Presiden dan wakil Presiden, yang terbaru di pilpres 2019 ini. Ini menandakan begitu hebatnya Organisasi ini.
Tapi apakah organisasi sebesar Muhammadiyah & NU tidak mengalami siklus? Tentu saja mereka mengalami siklus. Eksistenti mereka diuji. Paska reformasi terjadilah era demokrasi dan keterbukaan. Semua pemikiran bebas berlalu-lalang dimanapun tanpa ada batasan. Semua bisa mendapatkannya secara bebas, karena keran kebebasan telah dibuka selebar-lebarnya. Tentu saja persaingan ide semakin menggila dalam kancah pergerakan di Indonesia, sedangkan ide atau inovasi dari mereka cenderung stagnan, lalu konflik-konflik internal pun banyak bermunculan terutama dikalangan NU. Ide dari Pergerakan "Impor" pun telah mulai banyak masuk ke Indonesia dan puncaknya paska reformasi mereka sangat leluasa untuk menyebarkan pemahaman mereka. Seperti Tarbiyah, HTI, Salafi dll.
Kita bahas Gerakan Tarbiyah. Gerakan Tarbiyah di era 80-an telah eksis di Indonesia, digawangi oleh beberapa cendikiawan Muslim lulusan Timur Tengah. Gerakan bawah tanah ini terilhami oleh ide dan pemikiran brilian Hasan Al-Banna, pendiri Muslim Brotherhood di Mesir. Muslim Brotherhood memang banyak menginspirasi banyak orang dan banyak Organisasi di banyak negara di dunia, dari timur tengah, Eropa hingga Asia Tenggara tidak luput dari pengaruhnya.
Siklus gerakan tarbiyah di Indonesia di mulai tahun 80-an dan paska reformasi gerakan ini semakin menggeliat. Inovasinya menggebrak Indonesia, mereka lalu bertransformasi menjadi partai politik paska reformasi. Banyak kampus besar mereka kuasai, banyak mesjid juga mereka kuasai. Dan puncaknya tahun 2004-2009 mereka mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Ide mereka 'meracuni' banyak sekali kader Muhammadiyah dan NU, bisa dikatakan Muhammadiyah dan NU adalah ladang pengkaderan bagi gerakan Tarbiyah. Banyak sekali muncul tulisan-tulisan dan reaksi-reaksi di tahun 2004-2005-an dari kader Muhammadiyah dan NU yang merasa banyak kadernya dibajak oleh jama'ah Tarbiyah ini. Gesekan antara Muhammadiyah-Tarbiyah mulai terlihat secara nyata di tahun 2005. Saat itu, banyak warga Muhammadiyah yang mengeluh akibat banyaknya masjid yang pada mulanya dikelola oleh organisasi atau warga Muhammadiyah diambil alih oleh anggota gerakan Tarbiyah. Masalah yang sama juga dialami oleh ormas Islam yang lain, terutama NU.
Pertanyaannya, kenapa banyak warga Muhammadiyah dan NU beralih menjadi kader Tarbiyah? salah satu jawaban paling penting adalah Ide. Tarbiyah menawarkan Ide yang sangat brilian bagi warga Muhammadiyah dan NU ketika Muhammadiyah dan NU tidak menawarkan hal tersebut bagi warganya. Tarbiyah sangat detail terkait masalah ini. Kurikulum mereka membahas dari mulai masalah Pribadi, Keluarga, menuju ke Masyarakat dengan yayasan, pergerakan kampus dan lain-lainnya. Dan ide ini begitu menarik sehingga menjadi magnet dan kekuatan bergerak bagi kader-kadernya. Ide ini mengikat mereka.
Tapi siklus gerakan Tarbiyah pun mulai terlihat berubah, terutama ketika memasuki babak "Negara". Ketika mereka bernegara, masalah mulai banyak bermunculan. Mereka melakukan banyak trial & error. Banyak juga perdebatan di internal mereka terkait Negara ini. Karena memang inspirator mereka, Hasan Albanna belum sempat merasakan Bernegara. Beliau mati Syahid di usia muda, dibunuh dengan konspirasi keji. Mungkin akan lain ceritanya ketika beliau berumur panjang, Kurikulum bernegara mungkin akan dituliskannya. Di Mesir sekalipun, organisasi besutan Al-Banna ini gagal dalam bernegara. Mereka bahkan habis diberangus setelah berkuasa.
Masalah terus bermunculan paska 2004. Mereka terus tumbuh tapi masalahpun semakin banyak. Gagasan-gagasan progresiv banyak ditentang oleh banyak orang, hingga muncullah FKP dalam tubuh gerakan Tarbiyah, yang mereka serang adalah ketua tertinggi gerakan ini dan sekretaris jendralnya yang dikenal sangat progresiv. Disamping konflik pemikiran, terjadi pula konflik politik yang sangat klasik, yaitu konflik sumber daya.
Salah satu pemikir Gerakan Tarbiyah mewacanakan sebuah gebrakan dahsyat. Tahun 2010 mereka melaksanakan Munas di hotel super mewah dan mendeklarasikan diri sebagai Partai Terbuka dan ini mendapat begitu banyak tentangan di internal mereka sendiri. Konflik terus bermunculan, tapi bernegara pun terus berjalan dan mendapat banyak sekali bonus kekuasaan ketika itu. Tapi bisa dikatakan pencapaian gerakan Tarbiyah dalam bernegara ini tidak terlalu istimewa. Ketika mereka berkuasa di suatu daerah atau instansi Negara, tidak ada prestasi yang 'Wah'. Malahan di beberapa daerah kader mereka menjadi tersangka kasus Korupsi. Puncaknya di 2013, ketika pimpinan mereka diciduk oleh KPK. Lalu citra gerakan ini hancur lebur. Untungnya ada penyelamat yang sebetulnya banyak tidak disukai, tapi entah kenapa dia ditunjuk secara aklamasi. Sampai saat ini menjadi pertanyaan.
Babak baru gerakan Tarbiyah dimulai di tahun 2015. Kepemimpinan berganti secara radikal. Ketua tertinggi mereka berganti dan Presiden mereka juga diganti. Sistem tidak berubah, walaupun sebelum-sebelumnya dari mulai 2004 sistem ini sudah banyak dikritik oleh kalangan Progresiv. Ketua Tertinggi tetap absolut seperti yang sudah-sudah, dia itu Eksekutiv, dia itu Legislativ dan dia itu Yudikativ. Ketua tertinggi dipilih secara voting oleh anggota Majelis Syura yang dipilih secara demokratis oleh kader inti gerakan di seluruh dunia. Lalu ketua tertinggi memilih sendiri pembantu-pembantunya. Baik pembantu Eksekutiv, Legislativ juga Yudikativ. Semua keputusan berada ditangan Ketua Tertinggi. Lalu perubahan banyak terjadi secara dalam. Orang yang diindikasi dekat baik secara personal maupun pemikiran dengan mantan Presiden gerakan mulai disingkirkan. Orang-orang FKP (yang dulu menyerang) mulai kembali dan memimpin, narasi yang dihembuskan adalah kembali ke kemurnian dakwah. Dalam fase ini orang-orang Progresiv mengadakan banyak acara pelatihan otokritik, terutama terkait langkah-langkah bernegara. Tapi hembusan-hembusan berbagai macam pihak memanaskan suasana. Prosesi perbaikan mulai banyak ditempuh. Hampir berhasil, lalu gagal. Hampir berhasil lalu gagal, dan begitu seterusnya. Dalam proses itu, muncullah materi HANTU tentang 'Kudeta'. Materi itu banyak dibantah oleh para elit gerakan tapi anehnya materi itu disampaikan secara terstruktur di berbagai daerah bahkan sampai ke luar negeri. Fitnah-fitnah mulai berhembus, lalu pembersihan pun banyak dilakukan diberbagai daerah. Walalupun sangat absurd cara-cara pembersihannya untuk Organisasi atau Gerakan seperti ini.
Disini siklusnya mulai terlihat berubah. Gerakan tidak memiliki solusi yang baik untuk konflik ini. Mereka cendrung menggunakan kekuasaan yang didukung dengan kultur para kadernya. Hingga puncaknya orang-orang progresiv yang dalam tanda kutip "diusir" ini mendirikan gerakan baru, yaitu Gerakan Arah Baru Indonesia.
Gerakan Tarbiyah sekarang mungkin sedang disibukkan dengan eksistensi mereka di Negara. Gerakan yang sudah berubah menjadi Partai seharusnya mengambil suara sebanyak-banyaknya, bukan malah berkonfrontasi dengan melabeli gerakan lain menjadi musuh. Karena suara siapapun bagi Partai itu berharga dalam demokrasi apalagi gerakan yang dianggap musuh merupakan basis massa mereka di pemilu-pemilu sebelumnya. Kita juga tidak tahu siklus gerakan Tarbiyah ini akan seperti apa kedepannya. Misalkan contoh kasus, jika pimpinan tertinggi yang lama kembali memimpin, apakah FKP akan membuat FKP jilid dua? kita tidak tahu.
Di bulan Oktober siklus gerakan Arah Baru Indonesia ini dimulai. Apa yang menjadi daya tarik gerakan ini? tentu saja ide, sama seperti gerakan-gerakan baru sebelumnya. Walaupun pada prosesnya tentu sangat tidak mudah. Ide yang ditawarkan merupakan inovasi atau pembaharuan dari ide yang telah ada 90 tahun yang lalu terutama pembaharuan ide dalam bernegara, tentu dengan riset yang mendalam. Karena ide tentang pribadi, keluarga dan bermasyarakat relativ telah berhasil diterapkan berdasarkan ide 90 tahun yang lalu ini.
Contoh pembaharuan ide ini terkait sistem organisasi yang terbuka lalu sistem kepemimpinan yang jauh dari absolut, lalu sistem yang mencoba sejalan dengan zaman dengan menerapkan sistem meritokrasi (penempatan jabatan sesuai keahlian). Lalu banyak lagi ide lainnya yang mungkin akan sangat panjang dituliskan. Organisasi yang Terbuka karena apa? Karena mustahil Indonesia yang begitu besar ini dikuasai atau diatur oleh satu golongan saja.
Siklus gerakan Arah Baru Indonesia ini akan dimulai tentu saja dengan banyak sekali rintangan, Seperti halnya Produk baru yang mulai memasuki pasar. Tapi dengan semangat kebaikan yang tinggi dan semangat perubahan Gerakan Arah Baru Indonesia akan memiliki siklus yang terus naik inshaAllah.
Berlin, 19-10-2018
*Penulis adalah putra (alm) Tufik Ridlo, eks Sekjen PKS