Oleh: Ustadz Abrar Rifai
Orang PKS yang paling saya hormati adalah Habibana Salim Seggaf Al Jufri. Bukan sekedar beliau adalah Ketua Majelis Syuro (KMS). Tapi lebih karena beliau ada seorang habib yang alim.
Sebagai KMS, Habibana Salim Seggaf Al Jufri sebenarnya sudah berusaha mencegah agar konflik yang menghantam PKS tidak terus membesar. Tapi sepertinya ada tangan-tangan lain yang tidak bisa beliau kontrol yang terus beroperasi, sehingga sampailah PKS sebagaimana yang kita saksikan sekarang. Berada pada kondisi terburuk sejak partai ini terbentuk.
Dalam kasus Fahri misalnya beliau sebenarnya sudah melakukan pendekatan sebagaimana seorang guru kepada muridnya. Dari mulai meminta Fahri untuk lebih meredakan suara dan melembutkan omongan. Memintanya memakai kopyah. Sampai akhirnya beliau meminta Fahri untuk mundur dari jabatannya sebagai wakil ketua DPR.
Tapi entah bagaimana ceritanya, ketika proses informal (bapak dan anak) ini masih berjalan, tetiba dipotong begitu saja. Langsung melalui BPDO dan diteruskan kepada Majelis Tahkim. Tanpa melalui proses tarbawi sedikit pun melalui naqib Fahri di kelompok usrohnya. Fahri pun meradang. Ia membawa kasus ini ke pengadilan. Fahri menang, mulai dari Pengadilan Negeri hingga MA.
Saat kasusnya masih di Pengadilan Negeri, sebenarnya Habibana sudah berusaha menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan. Beliau menginginkan, apapun hasil pengadilan, akan dianggap selesai sampai di situ. Jika Fahri yang menang, para tergugat tidak akan banding. Dan Fahri silakan tetap dengan posisinya. Namun jika ternyata Fahri kalah, ia harus rela memenuhi keputusan tersebut. Lengser dari kursi Waka DPR dan berhenti jadi anggota dewan.
Namun kemudian, setelah ternyata Fahri menang, mereka langsung banding. Kesepakatan yang telah dibuat KMS dengan Fahri mereka abaikan! Jadi, siapa mereka ini?
Begitu juga ketika di Pengadilan Tinggi, lagi-lagi mereka kalah. Namun, sekali lagi mereka langsung kasasi ke MA. Bahkan, Pak Zainuddin Paru berujar, “Fahri nanti akan nangis bombay!” Nyatanya di tingkat kasasi Fahri kembali menang. Jadi siapa yang akhirnya nangis bombay?
Upaya islah yang KMS lakukan nyaris kembali terwujud. Ketika KMS menemui Uatadz Anis Matta untuk meminta Fahri mencabut laporan terhadap Pak Sohobil Iman. Sebagai syarat islah. Fahri langsung memenuhi perintah tersebut. Tapi apa yang terjadi setelah laporan dicabut. Islah yang diharapkan tak juga diwujudkan. Justru mereka menciptkan anasir-anasir menyesatkan, bahwa Fahri terpaksa mencabut laporannya karena merasa tidak punya bukti.
Sekali lagi upaya islah yang digagas KMS kandas. Bukan Fahri dan kawan-kawannya yang membuat kandas. Tapi mereka jajaran di bawah KMS yang melakukan pembangkangan terhadap keinginan KMS untuk islah. Jadi sekali lagi, siapa mereka ini?
Oleh karena itu, dari awal saya menyoal perbuatan semena-mena PKS, saya tidak pernah menyinggung KMS. Sebab, di samping secara pribadi saya sangat menghormati dan memuliakan beliau, juga karena saya melihat beliau sudah melakukan sebagaimana harusnya.
Tapi tangan-tangan yang menepis keinginanan KMS itulah yang kita persoalkan! Jadi, siapa mereka?
(dari fb penulis)
5. Penting! Sebagai KMS, Habibana Salim Seggaf Al Jufri sebenarnya sudah berusaha mencegah agar konflik yang...
Dikirim oleh Abrar Rifai pada Jumat, 05 Oktober 2018
2. PENTING! Orang PKS yang paling saya hormati adalah Habibana Salim Seggaf Al Jufri. Bukan sekedar beliau adalah ketua...
Dikirim oleh Abrar Rifai pada Rabu, 03 Oktober 2018