[PORTAL-ISLAM.ID] Bagi yang sedikit cermat memperhatikan kebiasaan Presiden Jokowi dalam mengambil keputusan penting, pembatalan kenaikan harga BBM premium masih menyimpan sebuah misteri. Ada apa? Apa ada yang berubah?
Ada dua alasan mengapa kita harus meyakini, bahwa keputusan tersebut merupakan keputusan Jokowi, bukan keputusan Menteri ESDM Ignasius Jonan. Pertama, sangat tidak mungkin Jonan berani mengambil keputusan tersebut, tanpa koordinasi dan restu dari Jokowi. Kenaikan harga BBM bersubsidi dipastikan akan menimbulkan gejolak. Isunya menjadi sangat sensitif di tengah masa kampanye. Ketika mengumumkan hal itu, Jonan dengan jelas menyebut ‘atas arahan” Presiden.
Kedua, Jonan menyampaikan pengumuman itu pada hari Rabu, tepatnya Rabu Pon sesuai dengan penanggalan Jawa. Faktor ini sangat penting diperhatikan.
Hari Rabu Pon, atau setidaknya hari Rabu adalah hari yang selalu dipilih Jokowi dalam mengambil setiap keputusan penting. Baik untuk urusan pribadi maupun kenegaraan. Bila tidak Rabu, biasanya bergeser pada hari Kamis.
Dari empat kali reshufle kabinet, tiga kali diantaranya dilakukan pada hari Rabu Pon. Reshufle pertama dilakukan pada hari Rabu (12/8/2015). Reshufle II dilakukan pada hari Rabu (27/72017). Reshufle III pada hari Rabu (17/1/2018).
Hanya pada Reshufle IV saat Agus G Kartasasmita menggantikan Idrus Marham sebagai Mensos dilakukan pada hari Jumat (24/8/2018). Perlu dicatat Reshufle IV dilakukan karena Idrus Marham mengundurkan diri karena tersangkut skandal korupsi. Jadi bukan kemauan Jokowi mengubah komposisi kabinetnya.
Ketika menikahkan putrinya Kahyang Ayu dengan Bobby Nasution pada 8 Oktober 2017, jatuh pada hari Rabu Pahing. Menariknya hampir setahun kemudian Kahyang Ayu melahirkan putrinya pada 1 Agustus 2018 tepat hari Rabu Pon. Lahirnya bayi perempuan yang diberi nama Sedah Merah itu melalui proses bedah sesar. Artinya harinya bisa dipilih supaya tepat Rabu Pon.
Ada dua peristiwa penting dalam kehidupan Jokowi yang tidak terjadi pada hari Rabu. Pernikahan Gibran Rakabuning putra sulung Jokowi dengan Selvy Ananda dilaksanakan pada Kamis (11/6/2015), sementara pengumuman cawapres KH. Ma’ruf Amin dilaksanakan juga pada hari Kamis (9/8/2018).
Mengapa hari Rabu menjadi hari yang sangat penting bagi Jokowi? Ternyata Jokowi dilahirkan pada tanggal 21 Juni 1961, tepat pada hari Rabu Pon. Ketika menikah dengan Iriana, Jokowi juga memilih hari Rabu (24/12/1986). Entah bagaimana ceritanya, secara kebetulan pula Pilpres 2014 saat Jokowi berlaga dengan Prabowo, dilaksanakan pada tanggal 9 April, bertepatan dengan hari Rabu Pon. Sementara Pilpres 2019 akan dilaksanakan tanggal 19 April, Rabu Pahing.
Dalam tradisi Jawa, hari lahir disebut sebagai weton. Dengan begitu weton Jokowi adalah hari Rabu Pon. Merujuk kitab Primbon, orang yang lahir pada weton Rabu Pon penuh keberuntungan, sangat berhati-hati mengambil keputusan, dan memiliki keterampilan sosial tinggi. Kelemahannya, dia suka pamer.
Berdasarkan weton tadi, orang Jawa mempercayai hari-hari baik, hari keberuntungan, atau hari naas (apes,was). Bila sampai dilanggar, maka nasibnya bisa sial.
Mulai berubah
Sebagai orang Jawa, Jokowi jelas sangat mempercayai hitung-hitungan semacam itu. Dianulirnya keputusan kenaikan harga Premium—padahal sudah diumumkan pada hari Rabu— apakah menunjukkan adanya pergeseran keyakinan Jokowi? Dari semula hitung-hitungan yang bersifat “mistis,” menjadi rasional, kalkulasi politik. Apakah hari Rabu sudah berubah dari hari keberuntungan menjadi hari apes (naas) bagi Jokowi?
Naiknya harga BBM bersubsidi dipastikan akan berpengaruh pada gejolak harga-harga kebutuhan pokok di pasar. Hal itu akan sangat mempengaruhi dukungan terhadap Jokowi dari kalangan masyarakat kelas bawah. Padahal pada ceruk pasar inilah Jokowi berjaya: Pedesaan, pendidikan dan penghasilan rendah.
Untuk mengincar pasar besar kaum milenial, Jokowi juga mulai mengubah strategi komunikasinya. Di ceruk ini, kehadiran cawapres Sandiaga Uno sangat mengancam posisi Jokowi. Sandi terkesan lebih genuine, asli tidak dibuat-buat. Untuk mengimbanginya Jokowi tak segan mengutip beberapa film fiksi dalam pidatonya di forum-forum internasional. Biar kelihatan lebih gaul.
Pada saat menyampaikan pidato pada forum US-ASEAN Business Council di San Fransisco (Februari 2016) Jokowi merujuk film Terminator yang dibintangi Arnold Schwarzenegger. Dia menggunakan idiom “I’ll Be Back,” untuk menggambarkan kunjungannya kembali ke AS.
Ketika menyampaikan pidato pada World Economic Forum ASEAN di Hanoi, Vietnam (September 2018) Jokowi mengutip Film The Avanger: The Infinity War. Beberapa hari lalu Jokowi mengutip kisah Game of Thrones saat membuka Rapat Pleno Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali.
Jokowi mengumpamakan kondisi ekonomi global sekarang tak ubahnya dengan cerita dalam serial televisi tersebut. “Dengan berbagai masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa ”winter is coming,” kata Jokowi yang disambut tawa dari para hadirin.
Pidato ini oleh para pendukungnya diolah sedemikian rupa, untuk menunjukkan betapa kerennya Jokowi sebagai Presiden. Sebuah opini pendek yang mengatasnamakan mantan Deputi Senior Bank Indonesia Miranda Goeltom menggambarkan betapa kagum pada kehebatan Jokowi. Para pemimpin dunia yang hadir di Bali konon kabarnya dibuat termehek-mehek oleh pidato Jokowi. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutnya sebagai “pidato keren banget!”
Para pemuja Jokowi ini barangkali lupa, mereka pernah mengecam habis ketika Prabowo menyampaikan prediksinya “Indonesia akan bubar Tahun 2030.” Prabowo mengaku rujukannya adalah sebuah novel fiksi ilmiah Ghost Fleet karangan dua orang pengamat militer Peter Warren Singer dan August Cole. Prabowo dikenal sebagai kutu buku. Setiap pekan dia bisa menghabiskan 5-6 judul buku.
Melalui kutipan dalam pidatonya, tampaknya Jokowi coba di-branding menjadi seseorang yang sangat gaul dan moviegoer. Penggila film yang sangat update dan rajin menontonnya. Penggambaran ini jelas sangat paradok dengan citra yang ingin dibangun Jokowi dengan slogan “kerja, kerja, kerja.”
Game of Thrones adalah film serial yang diputar di HBO sejak 2011 dan sudah memasuki season ke-7 (2017). Season ke-8 yang juga disebut sebagai The Final Season akan diputar pada April 2019. Durasinya sangat panjang. Saat ini sudah memasuki episode ke 73. Jokowi berarti mempunyai waktu luang yang sangat banyak untuk memuaskan hobinya menonton, padahal beban pemerintahan, terutama ekonomi sangat-sangat berat. Kalau kebanyakan nonton kapan kerjanya?
Jokowi juga mencomot frasa “winter is coming” untuk menggambarkan hari-hari sulit yang akan dihadapi dunia, akibat memburuknya perekonomian global.
Bagi kita yang tinggal di Indonesia dan hidup di dua musim — hujan dan kemarau— frasa winter is coming, terasa asing. Situasinya kurang lebih sama asingnya dengan Jokowi, priyayi Solo dengan kultur agraris tiba-tiba menyampaikan janji kampanye, akan membangun “tol laut.” Hanya bisa mengucapkan, tapi tak paham maknanya.
Winter is coming, or never coming Pak Jokowi?
Penulis: Hersubeno Arief