GARBI:
Melangkah dari Format Simbol Menuju Hakikat dan Substansi
(1) Sungguh, sejak lama energi umat Islam habis untuk memikirkan Islam dari sisi formalitas yang jauh dari substansi, sibuk dengan bentuk bukan hakikat.
(2) Hingga kini, fokus unat tertuju pada hal-hal yang sebenarnya telah selesai dan diselesaikan oleh para salafusshalih terdahulu.
(3) Namun entah mengapa, mayoritas umat rentan terjerumus ke dalam konflik betkepanjanhan hanya karena masalah-masalah yang tidak terlalu substansial.
(4) Substansi Islam dapat dilihat sbb:
4.1. Akidah => Tauhid.
4.2. Ibadah => Keikhlasan.
4.3. Muamalah => Kepercayaan.
4.4. Akhlak => Kasih sayang.
4.5. Syariat => Keadilan.
4.6. Amal => Profesionalisme, tanggungjawab.
4.7. Peradaban => Keseimbangan.
4.8. Hubungan masyarakat => Persaudaraan.
4.9. Suluk => menjaga perasaan.
(5) Fenomena umat yang bisa bertengkar masalah furu'iyyah, namun tidak terusik tatkala SDA (Sumber Daya Alam) negeri ini digerus neokolonialisme atas nama investasi. Pun pemimpin umat membisu, saat taraf kehidupan umat di bawah standar.
(6) Arah Baru Indonesia sepatutnya tidak lagi memahami agama sebatas simbol. Iman Takwa jangan sekedar formalitas. Ia harus menjadi kekuatan petunjuk. Iman mampu membimbing manusia meraih tujuan.
(7) Kendati demikian. Tidak berarti simbol dihilangkan. Ia tetap inheren. Ma'luum minad diini bidharurah. Hal yang sudah lumrah, keberadaannya niscaya. Muslim yang khsusyuk di mihrab, juga khusyuk di ruang sosial.
(8) Muslim yang aktif berjamaah, tapi marah jika kata jamaah disandingkan dengan korupsi. Ia sigap belajar kitab suci. Tapi tak rela jika diksi-diksi yang terkait dengan kitab auci dipermainkan untuk korupsi.
(9) Berjuang di tataran Hakikat dan Substansi, membutuhkan insan-insan pemikul beban. Jika bukan kita, siapa lagi? Jika bukan di Indonesia, dimana lagi? Jika bukan sekarang, kapan lagi?
By: Nandang Burhanudin