[PORTAL-ISLAM.ID] My friend Yin Tong, profesinya salesman produk assesoris handphone. Sebelum Mas Joko naik jadi presiden, profesinya ya salesman. Sama. Ngga ada yang berubah.
Begitu pula dengan Nuke Donita. Dia tetap kerja di Perusahaan Korea. Jadi staf admin. Outsourcing. Putus kontrak, perpanjang lagi. No guarantee. Mas Andi tetap nyupirin anggota dewan. Juhai Firmansyah tadinya main tambang emas. Keluar-masuk hutan Aceh. Dealing with bupati. Setelah rumahnya digusur Ahok, dia harus kerja di perusahaan K3.
Nasib "Ngabalin" berubah setelah loncat pager. Bacotnya ganas. Dikasih jabatan komisaris. Gaji puluhan juta rupiah. Tutup urat malu. Atek, cina singkawang-cum-freelance kosmetik, dapet income tambahan setelah masuk tim cyber pro petahana. Sesekali demo bela Ahok, dapet bonus nasi bungkus.
Satu-dua orang penjilat merasakan remah-remah kekuasaan Mas Joko. Sekali bikin deklarasi dan catut nama aktivis, budgetnya tembus 10 miliar. Para lansia Bogor dimobilisasi, dikasih kaos, dan diberi predikat aktifis 98. Woow tua banget. Edan...!!
Semalem, di markas tim advokasi dan hukum Prabowo-Sandi, ada Ricky Tamba dan Jansen Sitindaon dari Partai Demokrat.
Di televisi, entah channel apa, tampak adegan Adian "Prem" Napitupulu, Raja Juli, Gamal Albinsaid dan Edriana Nurdin. Mereka debat. Samar-samar, Adian "Prem" Napitupulu menyerang Pak Prabowo yang menyitir slogan "Make Indonesia Great Again".
Kurang-lebihnya, Adian "Prem" Napitupulu menyatakan Pak Prabowo mendukung dedengkot kapitalisme Donald Trump. Sedangkan Mas Joko mempraktekan "ekonomi-kerakyatan".
Syahdan, orang-orang ini masih berlagak sok-ideologis. Seolah hidup di era Flinstone. Padahal sudah 40 tahun berlalu sejak Comrade Deng Xiao Ping merilis “Cat Theory” dengan adagiumnya yang ngetop: "It doesn't matter whether a cat is black or white, as long as it catches mice."
Negara sosialis-komunis ngga ada yang sukses. Runtuh di mana-mana. Eksprimen Mao Zedong dengan Great Leap Forward mengakibatkan kelaparan dan kematian 18-40 juta orang.
Rezim Jokowi tanpa ideologi. Kwik Kian Gie mengatakan Jokowi adalah presiden satu-satunya yang berkata berani mencabut subsidi secara total. BBM naik terus. BPJS bermasalah.
Negara tidak memberikan layanan "social safety net" seperti universal healthcare, unemployment benefit, homeless shelters, dan subsidi transportasi public. Social safety net adalah ciri "welfare state". Fungsinya; mencegah rakyat jatuh ke rongga kemiskinan yang berlebihan.
Rezim Joko sebagai proxy Obama dan direstui Beijing meniru kelakuan Barrack Obama. Sok progresif dengan berbagai kartu. Ada KIP, KJS, KJP, dan ini itu.
Pasca Trump office beroperasi, ketauan belang Obama dan the old establishment Democrat.
Obama never had even a single calendar year of 3 percent GDP growth. Rata-rata GDP di Era Obama adalah 2.1% dan di tahun terakhir kekuasaannya, angkanya merosot menjadi 1.5%.
America's GDP growth climbed to a 3.1 percent average for Trump’s first three full quarters.
Stagnasi ekonomi Obama disebabkan kebijakan sok-progresif seperti Keynesian “stimulus” experiment, Dodd-Frank dealt community banks, the ObamaCare nightmare, dan eksesif regulasi anti-bisnis.
Alhasil, nyaris mirip Indonesia, ekonomi lesu mengakibatkan tingginya angka pengangguran.
Selama 4 tahun Pemerintahan Mas Joko, kehidupan rakyat nyaris tidak ada perubahan. Yang sales tetep nyales. Tukang tambal ban ya podo wae.
Pelaku usaha mikro menjerit. Kadang BBM naik di malam buta. Yes indeed, Mas Joko gagal menciptakan "unmatched engine for creating prosperity and opportunity", gagal memperkuat daya beli masyarakat, dan gagal menyediakan lapangan kerja yang baik untuk rakyat terbanyak.
Hanya segelintir elite bertambah makmur, menteri-menteri negara, penjilat, kontraktor proyek dan petani Thailand. Tidak heran, mereka ingin dua-periode.
Penulis: Zeng Wei Jian