[PORTAL-ISLAM.ID] Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan langkah yang diambil pemerintah dalam meredam nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sangat konservatif. Ia juga menyinggung peningkatan tarif impor yang dinilai hanya menyentuh komoditas ‘ecek-ecek’ alias menengah saja.
“Sederhana saja langkah-langkah mereka (meredam rupiah) ya behind the curve, tarif pajak jadi 2,5persen untuk ribuan komoditi kebanyakan komoditi ecek-ecek semua. Kayak lipstik dan lain-lain. Hanya (komoditi) kelas menengah. Tidak berani menyentuh top ten kayak baja,” kata Rizal Ramli di Kongkow Bisnis Pas FM, Jakarta, Rabu 26 September 2018.
Dia menuturkan seharusnya pemerintah berani untuk mengenakan tarif baja dari Tiongkok. Sebab hal itu membuat daya saing baja dalam negeri tak mampu berkompetisi. Seperti Krakatau Steel yang produknya kalah dari Tiongkok.
“Seharusnya pemerintah berani berikan sanksi buat Tiongkok yang melakukan dumping pada komoditas baja. Yang harganya dibanting hingga 10 miliar dollar,” ujarnya.
Dia pun pesimis jika dinaikkannya tarif impor barang itu tak banyak membantu kinerja transaksi berjalan. Paling-paling, kata dia, kontribusinya hanya dibawah satu miliar dollar saja. Sementara itu, pengetatan pajak saat ekonomi melambat justru akan membuat ekonomi makin merosot.
“Kebijakan sangat super konservatif yaitu pengetatan saat ekonomi melambat. Jangan aneh kalau ekonomi nyungsep paling hanya muter-muter diangka itu-itu aja,” tuturnya.
Sumber: JawaPos