[PORTAL-ISLAM.ID] Prabowo Subianto (PS), barangkali, adalah calon presiden yang paling bahagia dibandingkan capres-capres lain di dunia ini. Betapa tidak. Di mana-mana, capres itu susah mencari orang yang datang menawarkan diri menjadi relawan. Biaya sendiri pula lagi.
Tapi untuk Pak PS, suasananya lain. Orang datang berbondong-bondong. Siap melakukan apa saja yang bisa mereka kerjakan untuk mengantarkan PS ke kursi presiden. Di seluruh pelosok negeri, masyarakat siap berjuang siang-malam. Tanpa pamrih. Tidak ada seorang pun yang meminta biaya itu, biaya ini.
Anugerah yang luar biasa. Sangat mungkin, inilah pertanda kemenangan itu. Pertanda kebangkitan serentak rakyat Indonesia melawan kezoliman. Tidak ada yang lebih mengharukan dari unjuk solidaritas dan kerelaan berkorban para pendukung Pak PS.
Merekalah yang proaktif mencari tempat-tempat untuk berhimpun dan mendaftarkan diri menjadi relawan. Ada sekian banyak grup diskusi medsos yang kemudian menjelma menjadi kelompok relawan. Sejumlah pengacara membentuk forum relawan yang siap mengawal proses pilpres dari sisi advokasi hukum.
Di mana-mana, kelompok emak-emak militan siap menjadi jurkam di level mereka. Siap menggiring emak-emak berhimpun di belakang PS. Siap melawan kemungkinan intimidasi atau bentuk lain yang bertujuan untuk melemahkan semangat kaum ibu.
Singkat cerita, semua elemen menumpahkan dukungan untuk Pak PS. Para cendekiawan kampus juga menyatukan diri sesuai cara mereka. Para guru besar menyatakan keyakinan mereka pada kepemimpinan Prabowo sebagai presiden.
Para ulama dan ustad juga tak ketinggalan mendukung. Kemarin, ijtimak kedua para ulama memberikan dukungan penuh. Para ulama siap menjadi jurukampanye untuk Pak PS. Bahkan, para ulama mengeluarkan seruan agar setiap rumah kaum muslimin berfungsi sebagai posko pemenangan.
Tanpa ada yang menggerakkan maupun mengimingkan imbalan, masyarakat dari segala macam latar-belakang siap menyukseskan jalan Prabowo menuju Istana. Mereka bergerak dengan kapasitas masing-masing.
Semua siap berjuang dan rela berkorban. Mereka dipadukan oleh satu sasaran: yaitu merebut kembali kedaulatan bangsa dan negara yang kini tidak berada di tangan rakyat.
Sangat kontras bedanya dengan suasana di seberang lautan. Di sana, semua orang bergerak dengan pamrih. Dengan imbalan. Dibiayai. Didanai. Semuanya berjalan rapi dengan duit besar.
Cara lain adalah dengan tekanan. Para pembesar terpaksa menyatakan dukungan. Kalau tak mau, ada saja masalah yang akan muncul.
Beruntunglah Pak PS. Beruntunglah kita semua. Kemenangan akan diraih dengan perjuangan murni, insya Allah. Karena suka dan rela. Karena tulus dan ikhlas.
Penulis: Asyari Usman