[PORTAL-ISLAM.ID] Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menorehkan keberhasilan, terutama ditunjukkan dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan udara, pelabuhan laut, kebijakan satu harga dan penyelenggaraan Asian Games. Tetapi dalam ekonomi, secara umum mengalami kemandekan.
"Daya beli merosot, pengangguran masih banyak. Risiko ekonomi secara makro juga semakin tinggi akibat pengelolaan yang tidak prudent (hati-hati)," kata ekonom senior DR Rizal Ramli saat konferensi pers di Anomali Coffee Menteng, Jakarta Pusat, Selasa 28 Agustus 2018.
Risiko ekonomi secara makro semakin tinggi, kata Rizal Ramli, seperti terlihat pada defisit per 1 Agustus 2018 dalam neraca perdagangan barang (trade balance) semester satu yang minus 1,05 miliar dolar AS, transaksi berjalan (current account) kuartal I minus 5,5 miliar dolar AS, neraca pembayaran (balance of payment) kuartal I minus 3,9 miliar dolar AS dan keseimbangan primer (primary balance) dalam proyeksi APBN 2018 minus 6,2 miliar dolar AS.
"Kondisi inilah yang menjelaskan kenapa rupiah terus merosot dan terjadi capital outflow," kata RR, demikian mantan Menko Ekuin di era Pemerintahan Gus Dur dan mantan penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) itu disapa.
Pertanyaan penting apakah dengan kegagalan makro ekonomi seperti itu, Presiden Jokowi memiliki kemampuan untuk memulihkan keadaan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia jika kembali diberi amanah oleh rakyat sebagai presiden periode 2019-2024?
"Strategi itu yang harus dijelaskan secara terbuka di dalam program Jokowi sebagai calon inkumben Pilpres 2019," tukas RR.
Sumber: RMOL