Oleh: Hasmi Bakhtiar
(Analis Internasional, Lille Prancis)
Setelah gagal kudeta militer mereka lancarkan perang ekonomi demi menjatuhkan Erdogan. Alhamdulillah malam ini Erdogan temukan solusi dan bisa keluar dari jebakan Amrik dan sekutunya Arab. Semoga Allah jaga Turky dan pemimpinnya.
Kuwait dan Qatar langsung nyatakan dukungan terhadap Turky terkait perang ekonomi dengan Amrik. Tetangga mereka, Saudi dan UEA justru yang membiayai napsu gila Trump terhadap Turky. Sama-sama Arab, dua negara pertama bermental Abu Bakar dan yang kedua Abu Jahal.
Rakyat Kuwait mulai rame jual Dollar dan beli Lira Turky. Yah sebagian mereka sudah paham posisi Turky dalam kebangkitan negara-negara Teluk.
Seandainya Syekh Tamim bin Hamad bin Khalifa al-Tsani beneran berani jual Gas pake Lira ini keren banget. Kabar-kabarnya bakal dilakukan Qatar kalau Turky serius butuh.
"Kita bukan antek siapapun di dunia ini, dan tidak mungkin bagi siapapun menjadikan kita sebagai antek" (pidato Erdogan). Itu sebab kenapa saat ini Turky diserang dari laut, darat dan udara.
Jika kita perhatikan, kudeta militer yang yang disponsori intelijen Barat selalu dimulai dari perang Ekonomi atau sosial. Kemudian militer didorong masuk dengan dalih menjaga sabilitas nasional. Apa yang terjadi pada Mursi dulu berulang kali dialami Erdogan, termasuk hari ini.
Sejak 2002, AKP bersama rakyat Turky tidak pernah tunduk pada konspirasi. Kemudian datang kudeta berdarah pada 2016 yang disponsori oleh Amrik-Barat-Arab. Perang ekonomi ini bagian dari kudeta 2016 silam yang belum selesai.
Gw dapet info dari kawan yang awalnya juga rungsing karena 150 M euro duit UE saat ini diputar di Turky. Ketika dia langsung turun ke lapangan katanya: ternyata ekonomi Turky kacau itu hanya di media.
Tujuan dari perang Ekonomi dan politik yang dilakukan Trump adalah ingin mengurung Turky agar tidak bisa lepas dari menghamba pada Barat. Posisi Turky yang sangat strategis menjadi alasan bagi Amrik untuk "mengamankan".
Perang terhadap Lira Turky yang dilakukan Trump adalah perang terhadap kemerdekaan rakyat Turky itu sendiri. Walau saat ini Amrik berada dalam kepemimpinan paling lemah dalam sejarahnya namun kebodohan Saudi dan UEA telah dimanfaatkan Trump dengan sangat baik.
Jika kita amati, saat ini dunia Islam sedang dalam peperangan melawan sisa-sisa kebesaran Barat khususnya Amrik. Baik politik, Ekonomi bahkan militer. Perang Ekonomi dan diplomasi terhadap Turky hari ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan perang yang sedang berlangsung.
Walau berada dalam kondisi yang sangat lemah tapi Amrik masih menjadi musuh utama agama, kemanusiaan dan tentunya umat ini. Kekalahan demi kekalahan terus dideritanya. Contoh: kekalahan menghadapi kebangkitan Turky dan kekalahan menghadapi mental baja penggerak Arab Spring.
Menurunnya Lira bukan karena ekonomi Turky melemah, tapi ini perang Ekonomi lanjutan dari sakit hati atas gagalnya kudeta berdarah di Turky tempo hari. Pemainnya masih sama: Saudi dan UEA dengan komandan Amrik.
Erdogan sangat percaya diri menghadapi Trump. Bukan karena Turky lebih kuat dibanding Amrik tapi Erdogan sangat yakin dengan dukungan rakyat Turky. Itu didapat tentu setelah keberhasilan demi keberhasilan Erdogan dan AKP sejak belasan tahun silam.
Gw melihat semacam ada kebanggaan pada rakyat Turky termasuk kaum oposisi di sana ketika mereka terpilih menjadi "musuh Barat" di saat dunia Islam lainnya memilih jalan para hamba sahaya, seperti Saudi dan negara Arab lainnya.
Dari Senin pekan kemaren Ben Salman dan Ben Zayed sudah menggeluarkan peraturan agar warga kedua negara tidak melakukan transaksi dengan Lira. Ga cukup sampai situ, hoax "panda bond" diangkat ke media, tapi tetap Turky bisa bertahan. Allahummanshurhum.
Problem Lira ini problem politik (bukan karena ekonomi Turky benar-benar ambruk) maka recovery-nya relatif cepat asal solusi yang diambil Erdogan hari ini sukses.
Problem terbesar Amrik dalam politik LN terutama di Kawasan adalah terlalu sering berinteraksi dengan pemimpin bermental antek bahkan budak. Ketika Amrik berinteraksi dengan Turky langsung kaget, lupa kalau Erdogan bukan raja Salman atau Ben Zayed.
Erdogan sudah memilih solusi dan rakyat Turky menang di hadapan provokasi Trump.
Ga butuh lama bagi Erdogan menemukan solusi dan sekutu baru. Kenapa? Karena Turky selama ini sibuk oleh hal-hal besar dan aktif dalam issue internasional. Wajar ketika Turky mendapat ujian negara sahabat yang pertama menawarkan bantuan yang jumlahnya juga luar biasa besar.
Pidato Menlu Iran yang mendukung Turky dan statement Kuwait serta Qatar kemaren memperjelas warna Kawasan ke depan. Sekali lagi gw bilang: Trump sangat gegabah.
UE terang ngedukung Turky terkait perang Ekonomi dengan Trump. Sejak lama mereka ingin menggusur dollar sbg mata uang perdagangan internasional tapi belum berani. Peluang Turky bertahan besar, maka dukungan diberi dengan harapan posisi dollar ambruk.
Lira baik-baik saja dan insyaAllah pemerintah dan rakyat Turky bisa menyelesaikan perang tersebut dengan keluar sebagai pemenang. Kita doakan.
Yang justru menarik bagi gw adalah cara Erdogan dalam menyikapi badai. Ini badai bukan sembarang badai, tapi datang dari induk kerusakan (Amrik) dan didukung oleh setan arab (Ben Salman dan Ben Zayed).
Cara Erdogan dalam menghadapi perang ini menjadi menarik karena di sana terlihat level kepemimpinan Erdogan. Ingat, jika salah bersikap dia akan kehilangan segalanya.
Lille, 14-8-2018